
Tersenyumlah Isam Naoki
Tiga hari ini, anak saya yang kedua Isam Naoki jatuh sakit. Badannya panas, flu, pilek dan batuk-batuk. Umurnya baru 7 bulan, belum bisa berbicara. Hanya satu bahasa yang keluar dari bibir mungilnya, yaitu menangis. Ketika hidungnya tersumbat, dia menangis. Panas, menangis. Ingin minum ASI-pun menangis. Mengantuk pun menangis.
Tidur Isam Naoki pun tak nyenyak. Sebentar-sebentar dia bangun meminta ASI. Di saat dirinya terjaga pun demikian, dia ingin selalu digendong istri saya. Tak mau lepas dari pelukan Ibunya.
Sakitnya Isam Naoki membuat kami, orang tuanya mengendurkan segala aktivitas di luar rumah. Hampir seluruh waktu kami curahkan untuk tersenyum di hadapan Naoki. Membuatnya tertawa dan bahagia, untuk sejenak melepas rasa sakit yang mendera tubuh kecilnya. Nada Kumiko, kakaknya pun demikian, sebentar-sebentar dia mengajak Naoki tersenyum dan tertawa. Memberinya boneka, mengelus punggungnya dan mencium adik kesayangannya. “Sembuh ya Dek….” Ujar Nada Kumiko sambil tersenyum pada Naoki setiap malam.
Kami sekeluarga yakin, selain istirahat yang cukup serta pengobatan, kasih sayang dan senyuman bisa menyembuhkan. Baik sakit fisik maupun mental. Senyuman bisa membuat otot-otot saraf yang awalnya tegang, menjadi rileks. Saraf parasimpatetik yang berfungsi untuk menyegarkan pikiran, tubuh dan mental pun bisa bekerja dengan optimal. Senyuman bisa meringankan beban masalah yang ada di pundak kita. Senyuman juga mampu menambah kasih sayang antar anggota keluarga.
Salah seorang guru saya pun mengatakan, “Awalilah harimu dengan senyuman, karena itu wujud kesyukuran pada Tuhan. Jika engkau bersyukur, maka nikmatmu hari ini akan terus bertambah.”