BLOG

Spiritualitas dengan Tamparan

Membina ilmu spiritual adalah kewajiban tiap manusia. Dengan ilmu spiritual, kehidupan manusia akan berimbang dan mudah dalam memecahkan setiap masalah. Manusia juga tidak akan congkak bila menuai keberhasilan. Sebaliknya, putus asa dan malas berusaha juga jauh dari pribadi yang benar-benar menanamkan benih spiritualitas.

Berbicara tentang ilmu spiritual, masing-masing dari kita butuh minimal seorang pembimbing yang bisa membagi pemahaman keagamaan. Ini penting, mengingat di zaman yang katanya serba modern ini membicarakan agama dan penerapannya dalam kehidupan seakan-akan hal yang tabu. Pergaulan dikaitkan dengan agama, dianggap aneh. Pakaian dihubungkan dengan perintah agama, dikatakan terlalu banyak aturan. Hm., padahal setiap manusia menginginkan untuk bisa tinggal di surga dan bahagia dalam keabadian. Lho.., kok berbicara tentang agama malah dipersoalkan. Hehe. Itulah manusia, mungkin sudah kena bujuk setan kali ya…

Ngomong-ngomong soal setan, guru spiritual saya pernah bercerita tentang seorang pemuda yang ragu akan siksa neraka. Pemuda tersebut tampak bingung dengan logika yang disampaikan oleh rekannya. Bagaimana setan itu akan merasakan siksa neraka, wong setan itu terbuat dari api kok. Api ketemu dengan api, ya…setan ga bakal kerasa apa-apa.
Pemuda itu terus mencoba mencari solusi. Jawaban apa yang pas dengan argumen tadi. Dia tahu itu salah. Dari tempat ibadah satu ke tempat ibadah lain, dia terus berjalan. Tapi sejauh kaki ini melangkah, tidak ada satupun Ulama atau Ustadz yang ditemui mampu menjawabnya dan membuat hatinya puas.

Suatu ketika Sang Pemuda bertemu dengan seorang kakek yang penampilannya tidak meyakinkan di sebuah tempat ibadah. Lusuh, kumal dan tak sedap dipandang.

Dengan perasaan ragu dia bertanya kepada kakek tersebut, tentang ucapan sahabatnya yang selama ini mengguncang jiwanya. Namun tiba-tiba Sang Kakek menamparnya dengan keras. Tentu saja si Pemuda marah dan dongkol. Sakit, perih, dan panas masih terasa di pipinya.
Sang Pemuda lalu berteriak,

“Kek, kenapa menamparku, aku kan hanya bertanya? Sakit Kek!”

Sang Kakek tersenyum dan menjawab,

“Nak, bukankah tamparan tadi sudah menjawab pertanyaanmu. Telapak tanganku terbuat dari kulit, demikian juga pipimu. Ternyata ketika kulit ketemu kulit bisa juga menimbulkan rasa sakit bukan.”

Sang pemuda tersadar, perkataan kakek benar. Jawaban inilah yang selama ini dia cari. Cocok dan masuk akal. Sang pemuda memahami, ternyata guru spiritual tidak dilihat dari cara berpenampilan semata. Melainkan juga dari cara berpikirnya.

Ya…sang pemuda telah menerima ilmu spiritual dengan tamparan.

Seringkali kita memandang tingginya derajat seseorang dari cara berpakaian, penampilan, kendaraan dan kedudukan. Cara mengambil kesimpulan yang keliru. Padahal tinggi-rendahnya derajat manusia hanya Tuhan saja yang berhak menilai. Bukan kita.

TAGS > , , , , , , ,

Post a comment