BLOG

Semua Ada Maksudnya

Oleh: Istikumayati

Aku sekarang sedang mengikuti program “Teacher Training (TT)” di Aichi University of Education (AUE). Tapi sebelum benar-benar research di sana, selama 6 bulan aku harus belajar bahasa Jepang di Nagoya University (NU). Aku senang sekali bisa kembali belajar di NU, setelah 7 tahun lamanya.

Aku memilih TT ke AUE karena ada seorang sensei yang ingin kutemui. Ada seorang sensei, yang padanya aku ingin menimba ilmu. Tahun depan, April, aku baru akan mulai program TT di AUE. Aku menanti saat-saat pertemuan dengan sensei. Beberapa waktu yang lalu aku sempat berkunjung ke AUE, dan mampir ke laboratorium sensei. Sayang sekali, sensei tidak ada di tempat.

Pagi ini…. ya,bisa dibilang sangat pagi bagi orang Jepang, aku menerima email dari sensei. Email yang kesekian darinya. Biasanya aku langsung senang menerima email darinya. Tapi kali ini, aku shock setelah membaca email dari sensei.

Beliau mengatakan bahwa tepat mulai April tahun depan, saat aku memulai program TT di AUE, beliau akan pindah ke NU. Jadi, kami akan bertukar posisi. Saat aku pindah dari NU ke AUE, sensei malah pindah dari AUE ke NU. Alhasil, sensei tidak bisa membimbingku di program TT.

Nangis. Ya, tiba-tiba saja aku nangis. Aku pun langsung membalas email sensei, email yang berisi tentang kekecewaanku. Bahwa aku memilih program TT di AUE, semata-mata karena aku ingin belajar dengannya. Tapi, kalau bertukar tempat begini…. aku sangat sedih.

Aku memang belum pernah bertemu sensei. Tapi aku sudah membaca profilnya, garis besar beberapa hasil penelitiannya, dan melihat-lihat foto-foto kegiatannya. Sejak setahun yang lalu, kami saling berkirim email. Seorang teman baik, yang aku pun belum pernah ketemu dengannya, dialah yang memperkenalkanku dengan sensei. Aku sangat sedih, tidak bisa dibimbing langsung oleh sensei.

Tak lama kemudian, ada telepon dari suamiku di Indonesia. Entah kenapa, tumben sekali dia menelponku pagi hari. Dia biasanya menelponku malam hari. Pagi-siang, kami hanya saling kirim sms-line-FB. Mungkin karena kami sudah sehati, dia ngerasa ada sesuatu denganku.

Suamiku menghiburku, menyemangatiku. Dia malah mengatakan, “Bukankah ini kabar baik? Umi dari dulu sangat senang belajar di NU kan? Umi dari dulu sangat ingin kembali dan lanjut S-2 di NU bukan? Bisa jadi, ini adalah jalan dari Allah. Allah selalu punya maksud. Masih ingat kan ketika tiba-tiba umi dipindah dari tempat kerja A ke tempat kerja B? Bisa jadi, keajaiban itu akan terulang di Jepang. Be positive.”

Aku pun menyeka air mata ini. Sedihku berubah jadi girang dan semangat. Ya, aku harus tetap semangat. Meski sensei sudah tidak di AUE lagi, aku harus tetap semangat. Impianku untuk S-2, akan terus nyala di hatiku. Sensei, tunggu aku di Meidai.

Kembali aku menulis email kepada sensei. Bahwa aku sudah ga sedih lagi. Meski sensei sudah tidak ada di AUE, aku masih bisa bertemu sensei sesekali di NU. Aku masih menyimpan impian S-2 itu, di NU. Di kampus yang sama, tempat sensei mengajar nanti.

Apakah ini kebetulan? Off course not. I believe this the way from Allah.

Setengah jam dari email keduaku, sensei membalasnya :

「クマさん、気持ちを切り替えてくれてどうもありがとう。

大学院に進学するならば、名大も可能性があります。国際的には、名大がアジアからの留学生に広く門を開いています。

 また、お会いしましょう。」

Kuma, terimakasih sudah merubah perasaanmu (dari kecewa-semangat, -red)

Jika kamu ingin lanjut S-2, ada kemungkinan di NU. Secara international, Meidai sangat membuka pintu utk mahasiswa asing. Sampai ketemu ya.”

Dan aku pun tersenyum kembali….. Sensei, terimakasih. Aku jadi bersemangat lagi.

Terimakasih suamiku. Aku bangga, aku bahagia menjadi pendamping hidupmu.

#DesignYourPresentation bersama Pakar Slide Dhony Firmansyah.

TAGS > , , , , , ,

Post a comment