BLOG

Selamat Jalan Mbah Ti

Oleh: Istikumayati

Perkuliahan akan berakhir 20 menit lagi. Tiba-tiba saja pesan LINE dari suamiku masuk, “Mama…., innalillahi Mbah Ti meninggal dunia. Abi mau ke Setro.” DEG !! Seketika itu juga jantungku seakan berhenti berdetak, lalu napas pun perlahan menyesak ke dada.

Kuliah masih berlangsung…. kala itu ada sesi jawab pertanyaan secara bergiliran. Saat tiba giliranku menjawab pertanyaan, bahkan membaca soalnya saja aku tak sanggup. Rasa sesak di dada membuat suaraku bergetar. Aku tak sanggung menyelesaikan kalimatku. Dan air mataku pun mengalir, hangat. Saat itu, sensei bertanya kenapa aku menangis. Lalu kukatakan bahwa nenekku meninggal, dengan suara terputus-putus. “Aah, wakarimashita.” Begitu ucapan sensei, lalu menunjuk mahasiswa yang lain untuk menjawab pertanyaan. Dan aku pun menahan tangis, sedikit sesenggukan hingga kuliah berakhir.

Setelah menutup kuliah hari itu, sensei menghampiriku, mengelus punggungku seraya berujar “御愁傷様でした”(goshuushousama deshita). Beliau turut berbela sungkawa. Tak lupa beberapa teman menyalamiku, menyemangatiku, memberiku tisu. Bahkan beberapa menawariku makan bersama, dan menawari untuk ngobrol denganku. Sebagai penawar rasa sedihku. Aku sangat berterima kasih dengan segala perhatian kawan-kawan baru dari berbagai negara ini, yang baru kukenal sebulan, dan satu kelas selama 6 kali pertemuan.

Tak mudah bagiku berbagi kesedihan dengan orang lain, apalagi dengan bahasa Jepang. Luapan rasa hatiku tak bisa keluar sepenuhnya. Cukuplah suami, blog dan yang pasti Allah…., yang bisa mendengar segala sedihku. Semoga doaku untuk Mbah Ti, supaya Mbah Ti diampuni segala dosanya, diterima semua amalannya serta ditempatkan di tempat terbaik.

Nama beliau Karti, kami biasa memanggilnya Mbah Ti…. bukan nenekku secara hubungan darah. Beliau adalah kakak dari nenek suamiku. Namun semenjak menikah, semua keluarga suamiku adalah keluargaku seutuhnya. Aku pun bersedih ketika beliau tutup usia. Masih teringat, Mbah Ti meski sudah membungkuk, tak bisa berdiri tegak, beliau ingiiin sekali menggendong Isam Naoki kecil, beberapa bulan setelah lahir. Masih teringat betapa gembiranya beliau ketika menggendong Isam. Meski cuma sekitar 10 detik, karena tak kuat dengan bobot Isam yang lumayan endut.

Seiring berjalannya waktu, 2 tahun terakhir ini ingatan beliau mulai mengalami penurunan. Beliau tidak ingat siapa-siapa, termasuk suamiku. Beliau pn juga sering salah waktu ketika mengerjakan sholat, subuh jam 10 pagi, dhuhur jam 6 sore. Ya…, bagaimanapun Tuhan sudah mengangkat pena, karena beliau sudah tak mampu mengingat apapun dengan baik.

Salah satu kejadian yang membuatku tersenyum ketika lebaran 2 tahun lalu. Kala itu ingatan Mbah Ti masih sekitar 60-70%. Kami mengunjungi rumah Mbah Ti untuk meminta maaf dan silaturrahmi. Aku masuk ke rumahnya dengan menggendong Isam yang berusia 1 tahun. Aku bersalaman dengan beliau dan menjelaskan bahwa aku adalah istri Mas Dhony. Setelah berbincang…., aku pun keluar bermain dengan Mbak Nada. Tak lama kemudian, aku kembali duduk di samping Mbah Ti. Sekali lagi, beliau bertanya, “Sampeyan siapa?” (kamu siapa?). Dan kujawab lagi, “Saya Isti, istrinya mas Dhony.” Lalu apa kata Mbah Ti? “Oh, jadi istri Dhony itu ada 2 ya?” #Eeaa, jelas aku tidak percaya dengan pernyataan (atau pertanyaan?) mbah Ti. Aku hanya penasaran, kenapa mbah Ti berkata demikian. Lalu beliau menjawab, “Iya, lha tadi ada perempuan bawa anak mengaku istrinya Dhony. Sekarang sampeyan juga mengaku istrinya Dhony.” Aku pun tersenyum…., sambil berkata, “Mbah,tadi yang gendong bayi itu saya Mbah.” Seraya membelai tangan Mbah yang keriput. Beliau pun manggut-manggut, meski aku tidak mengerti, beliau paham atau tidak.

Dan kini……, Mbah Ti sudah tiada. Sayangnya…, aku tak bisa melihatnya hingga ke peraduan terakhir. Jarak negara ini memisahkan kami, menjadi penghalang bagiku untuk pulang. Tak banyak kisahku dengan beliau, tapi sepenggal cerita bersamanya, akan kusimpan dalam hatiku.

Hanya doa Mbah Ti…. doaku untuk Mbah Ti. Terima kasih atas senyummu, canda tawamu dan kegembiraan yang singkat namun bermakna…. Darimu aku belajar betapa indahnya dunia jika selalu bersama keluarga. Semoga Allah menempatkanmu di tempat terbaik di sisi-Nya. Surga.

Aamiin.

Nb: Terima kasih untuk rekan-rekan yang sudah mengirim ucapan belasungkawa via FB, twitter, sms dan lainnya. Hanya Tuhan yang mampu membalsa doa Anda semua.

TAGS > , , ,

Post a comment