BLOG

Sampai Dimana Langkah Sukses Anda?

Sukses adalah proses. Kesuksesan bukanlah hasil. Karena hasil adalah hal final yang kita dapatkan. Sedangkan kesuksesan adalah tahapan untuk memperoleh hasil. Jika kita berpandangan bahwa kesuksesan adalah hasil, maka jika kita tidak bisa meraih hasil yang optimal, kita menganggap diri ini gagal. Jikalau demikian, maka langkah kita untuk maju akan berhenti begitu saja.

Dalam menapaki tangga kesuksesan, tersandung, tergelincir, lelah dan bahkan jatuh adalah hal yang biasa. Semua ini adalah pembelajaran bagi kita bahwa meraih kesuksesan sejati tidaklah mudah. Dengan banyaknya rintangan yang dihadapi menuju sukses, termasuk kerja keras untuk meraihnya, maka kita akan menikmati puncak kesuksesan dengan rasa bangga dan bahagia. Berbeda halnya seseorang yang dibilang “sukses” dengan instan, misalnya kaya raya karena warisan atau undian. Terus terang Anda tidak akan menyebut mereka sukses, jika dibandingkan dengan seorang pengusaha yang memulai bisnisnya dari bawah, hingga maju dan menjadi jutawan.

Nah, sekarang saatnya kita mengevaluasi, sampai dimanakah tahap kesuksesan kita. Apakah kita berada di track kesuksesan yang benar atau tidak. Bagaimana supaya kita bisa tahu? Nah, ada dua track yang biasa dilalui oleh manusia meraih kesuksesan, yaitu:

  1. Jalur “untuk memiliki”. Percaya atau tidak, banyak orang yang menempuh jalur ini. Bisa jadi kita termasuk diantaranya. Sukses karena ingin kaya, hidup mewah, dan tercukupi semua keinginannya. Anda boleh saja memilih jalur ini, untuk jangka pendek, jalur ini tampak menjanjikan. Akan tetapi untuk jangka panjang, jalur ini sangat menyengsarakan. Orang-orang yang berangkat dari pondasi “ingin memiliki” akan berupaya sekuat tenaga meraih apapun dengan usaha minim. Seorang guru misalnya, dia ingin menjadi seorang guru karena saat ini profesi guru memperoleh tunjangan sertifikasi. Maka setelah meraih apa yang dia inginkan, kualitas mengajarnya pun menurun. “Buat apa susah-susah, toh pinter bodho gajinya sama, apalagi saat ini saya sudah sertifikasi.”  Dan ini benar-benar terjadi, menurut riset dari salah satu perguruan tinggi, setelah sertifikasi, kualitas guru di negeri ini kian menurun.
  2. Jalur “untuk menjadi”. Track “untuk menjadi”, sedikit yang memilihnya. Karena jalur ini tidak tampak menjanjikan di awal. Butuh proses yang panjang dan berliku. Misalnya, seorang karyawan yang ingin menjadi direktur perusahaan, awalnya akan dianggap gila oleh rekan-rekannya. “Halah… ga perlu susah-susah mikir jadi direktur, jangan bermimpi siang bolong.“Meski banyak rekan yang membuat semangatnya menurun orang yang memilih jalur “untuk menjadi” tidak akan berhenti sampai disini. Dia akan mewujudkan mimpi dengan daya dan upaya optimal. Dan tahukah Anda, orang seperti Henry Ford, Steve Jobs dan Dahlan Iskan adalan beberapa contoh manusia yang memilih jalan “untuk menjadi”. Mereka awalnya karyawan, yang akhirnya menjadi pimpinan/CEO perusahaan. Kesuksesan mereka kian bersinar. Dan tahukah Anda orang yang memilih jalan “untuk menjadi” ternyata “untuk memiliki”-nya pun juga mengikuti. Kian tinggi kedudukannya, kian besar pendapatannya.

Nah, sekarang mana cobalah koreksi diri, jalan mana yang selama ini Anda tempuh. Jangan sampai Anda menempuh jalur “untuk memiliki” karena sangat berbahaya untuk masa depan Anda.”

Pages: 1 2

TAGS > , , , , , , , , , , , , , ,

Post a comment