Puasa di Jepang
Ramadhan kali ini tidak biasa. Selama ini saya melalui bulan suci di Indonesia. Namun di 2014 ini, saya dan keluarga menjalani ibadsah puasa di Jepang. Sebuah pengalaman baru yang sangat berharga. Bukan hanya karena ini pertama kalinya saya puasa di luar negeri, namun juga nuansa Jepang yang jauh dari suasana agama yang saya anut. Tidak terdengar adzan, tadarus, hilir mudik orang-orang ke masjid dan sebagainya. Selain itu, karena disini musim panas, saya pun mengalami panjangnya waktu puasa, sekitar 16 jam, subuh jam 3 pagi, hingga maghrib jam 19 malam.
Namun terlepas dari itu semua, saya bersyukur bisa menikmati ibadah puasa bersama keluarga. Sahur bersama, buka bersama. Sungguh sebuah kenikmatan ibadah yang tiada terkira.
Puasa, sebuah ibadah yang unik. Tidak ada siapapun yang tahu kecuali kita dan Tuhan. Menahan lapar dan haus di tengah terik mentari serta tetap menjalankan aktifitas harian bukanlah hal mudah. Tak heran balasan untuk orang-orang yang berpuasa sangat besar, dan hanya Tuhan yang tahu hitungannya.
Puasa pun identik dengan proses menuju kesuksesan. Dalam menjalani proses kesuksesan seringkali kita harus tetap bekerja keras di tengah keterbatasan. Menahan diri untuk tidak menuruti keinginan dan hanya fokus untuk mencukupi kebutuhan. Kerja keras orang-orang yang sukses seringkali hanya mereka sendiri dan Tuhan lah yang tahu, sedangkan orang-orang sekitar hanya bisa menilai ketika mereka sudah mencapai puncak sukses, dengan materi, kedudukan dan keilmuan yang tinggi. Seperti berbuka puasa. Orang-orang sekitar hanya bisa tahu kita berpuasa atau tidak di saat kita berbuka puasa.
Ya, setelah menulis ini pun, saya harus terus melanjutkan ibadah puasa di Jepang hari ini. Semoga semangat kita tetap terjaga dan ibadah kita makin meningkat dari sebelumnya. Aamiin.
Salam Amazing.