
Practice Makes Perfect
Untuk tampil di muka umum dengan percaya diri, pastilah kita harus menundukkan rasa malu dan grogi. Bagaimana caranya? Istri saya pernah bercerita, tentang kisahnya memenangkan lomba Pidato Bahasa Jepang antar Universitas.
Rahasianya adalah pelatihan yang diberikan Obata sensei, seorang dosen Bahasa Jepang di kampusnya. Meski pribadi istri saya introvert, sangat berat untuk mengelak dari kungkungan minder yang luar biasa. Namun ternyata, Obata sensei punya resep yang jitu.
Obata sensei melatih istri saya dengan metode yang mengagumkan. Setelah menghapalkan seluruh naskah pidato, awalnya Obata mengajak istri saya berpidato di depannya selama beberapa kali. Untuk memastikan istri saya hapal dengan naskah pidatonya, beliau meminta istri saya untuk berpidato di ruang kuliah, di depan para mahasiswa, di sela-sela Obata mengajar.
Puncak dari training ini, istri saya dilatih untuk berpidato di lapangan parkir sebuah gedung perkantoran. Istri saya harus mengucap pidato dengan keras hingga terdengar oleh Obata sensei yang mengawasinya dengan jarak kurang lebih 200 meter.
Istri saya harus mengabaikan tanggapan dari ratusan orang kantor yang berlalu lalang, memandanginya penuh selidik. Mengacuhkan deru mobil hingga suara klakson. Istri saya harus benar-benar konsentrasi terhadap pidatonya apapun yang terjadi. Apakah ini mudah? Tidak. Ini tak segampang yang dibayangkan. Berkali-kali istri saya mengusap air matanya. Mencoba mengusir rasa malu dan sedih yang terus menghampiri.