Melihat Orang Lain dengan Mata Hati
Mata merupakan anugerah Tuhan yang luar biasa. Lensa mata kita mampu membedakan lebih dari 10 juta warna dalam waktu singkat. Mata juga mampu menangkap gambar dengan sempurna lebih dari kecepatan kamera manapun. Mata mampu membedakan mana tempat yang indah dan mana yang tidak. Mana bangunan yang megah dan mana yang bukan. Namun tahukah Anda Tuhan telah mengabarkan kita supaya melihat bukan dengan mata?
Lalu dengan apa kita harus melihat?
Ternyata menurut riset, fungsi mata dalah untuk mengumpulkan semua informasi. Data-data ini diperlukan untuk memberikan info tentang obyek yang ingin kita lihat. Informasi ini kemudian akan diteruskan dari mata Anda ke otak melalui saraf optik. jadi mata adalah pengumpul data. Sedangkan otak adalah tempat dimana semua informasi dianalisis, sehingga kita mampu ‘melihat’ benda-benda dalam bentuk jadi-nya.
Informasi dari otaklah yang mengatakan bahwa, orang itu cantik, bangunan itu megah, jalan ini kotor dan sebagainya. Sehingga kurang tepat jika kita hanya menyebut manusia melihat dengan mata. karena mata hanya mengumpulkan informasi tanpa bisa menelaah informasi yang masuk. Respon dari otak pulalah yang bisa membuat manusia menanggapi apa yang ditangkap oleh mata. Apakah sesuatu itu baik atau buruk. Dengan mata saja, kita akan sulit membedakan, apalagi memberikan justifikasi apakah hal ini mulia atau tidak. Namun, jika otak sudah memproses, maka ada mata hati (nurani dan akal) yang terlibat. Akal dan nurani akan lebih manjur untuk memberikan kesimpulan apa-apa saja yang kita lihat.
Saya merefleksikan hal ini dengan pengalaman saya. Dulu, saya sering menghukumi sesuatu dengan visual saya, tanpa memproses lebih jauh informasi yang masuk. Saya dulu menyangka orang-orang yang bermobil mewah itu mulia, derajatnya tinggi dan dihormati. Namun ternyata tidak semuanya demikian, karena saya sering menjumpai orang-orang bermobil mewah yang seakan tak punya mata hati. Sejumlah pejabat yang mengatasnamakan wakil rakyat dengan pongahnya mengendarai mobil milyaran rupiah, menghentikan laju laju ratusan kendaraan masyarakat yang penuh sesak, dengan bantuan aparat, hanya sekedar ingin lewat.
Saya dulu menyangka setiap orang yang rumahnya megah, adalah orang yang giat bekerja dengan jujur dan amanah. Tapi ternyata tidak semuanya demikian. Sejumlah orang menipu, berdagang barang haram, korupsi dan menjalankan bisnis ilegal, hingga mampu menumpuk kekayaan untuk membangun rumah mewah.