
Marketing Langit
Ada beberapa buku yang telah mengupas tentang marketing langit, yaitu menghadirkan rezeki dengan cara spiritual. Mendatangkan rezeki dengan pola pertolongan Tuhan. Logikanya mudah, jika kita ingin melesat dalam karir, ikutilah apa kata atasan. Kerjakan perintahnya, berani ambil tantangannya dan selalu memberi kejutan dengan ide-ide segar ataupun terobosan baru. Demikian juga dengan marketing langit, jika kita menyadari bahwa yang Maha Mendatangkan Rezeki adalah Allah, maka sudah saatnya kita menggunakan cara-cara yang disukai oleh-Nya. Ikuti apa kata-Nya, kerjakan perintah-Nya, terima tantangan untuk melakukan hal-hal kebaikan berskala besar dan sering-seringlah memberi kejutan kebahagiaan pada sesama makhluk-Nya.
Alam bekerja dengan caranya. Hukum alam berlaku pada siapapun. Jika kita menanam keburukan, kita akan memetiknya. Sebaliknya, bila kita menebar kebaikan, alam pun meresponnya pula dengan kebaikan. Penebangan pohon di gunung misalnya, makin sering lahan hijau di gunung digunduli, kemampuan tanah dalam menahan air kian turun. Akibatnya, longsor dan banjir kerap terjadi di dataran rendah sekitar gunung. Apa yang ditanam, itu yang dituai. Mungkin ini pula yang terjadi dengan marketing langit. Alam bervibrasi dengan caranya sendiri. Ketika seseorang rela berbagi kebaikan, alam akan meresponnya dengan lebih baik lagi. Bill Gates contohnya. Di tahun 2017, mantan CEO Microsoft ini menyumbangkan 5 persen dari hartanya, sejumlah 61 trilyun rupiah untuk yayasan amal. Bukannya tambah miskin, Bill Gates kembali menjadi orang terkaya di dunia di tahun 2017 setelah beberapa minggu sempat digeser oleh Jeff Bezos (pendiri Amazon).
Marketing langit bukan hanya soal beramal harta, namun juga kebaikan pada sesama. Memberi makan hewan yang kelaparan itu juga contoh sederhana. Menahan diri untuk tidak membuang sampah sembarangan, itu juga disukai oleh-Nya. Jika Tuhan suka, apapun akan Dia beri untuk kita. Nah, mungkin ada pertanyaan, “Saya sudah banyak bersedekah, tapi kok sampai sekarang rezeki saya belum lancar?” Bagi saya yang awam ilmu tentang agama, mungkin ada yang salah dalam hati kita. Menurut saya, bersedekah, beribadah, beramal, memberi kebaikan, semuanya adalah perintah agama. Sudah kewajiban bagi kita. Balasan pada kita adalah bonusnya. Saat kita beribadah, alangkah baiknya kita tetap meniatkan segalanya untuk Tuhan. Setelah melakukan ibadah, barulah kita berdoa untuk meminta kelancaran rezeki. Kata Ust. Yusuf Mansur minta yang banyak sekalian, karena Tuhan Maha Kaya.
Berikutnya adalah tentang hukum alam. Kita tahu bahwa buah yang belum matang ketika dipetik rasanya kurang memuaskan. Kurang sedikit lagi. Kurang sabar dalam menunggu memetiknya. Demikian pula dengan rezeki, bisa jadi Allah masih menahan rezeki kita karena masih belum matang. Sabarlah sedikit lagi. Teruslah berusaha merawat kebaikan yang Anda tanam. Yakin-lah Tuhan tidak pernah inkar janji. Dan berprasangka baiklah pada-Nya. Dia Maha Tahu apa yang Terbaik untuk kita.
Terakhir, marketing langit bukan tentang spiritual sepenuhnya. Tetapi di dalamnya ada ikhtiar kita. Di dalam rezeki yang datang juga harus ada usaha kita. Misal, bagi online-shop, tentu Anda mengutamakan website da jejaring sosial untuk menawarkan produk. Tawarkan produk dengan kualitas terbaik dan harga rasional. Setelah itu, segera respon pembeli dengan baik jika mereka menghubungi Anda. Anda tidak akan closing jika membiarkan pembeli tanpa jawaban. Nah, inilah maksud di dalam rezeki ada usaha manusia. Driver online pun demikian, jika dia tidak mengambil order penumpang dan mengantarkan mereka hingga tujuan, tentu rezeki hanya sekedar lewat, namun tak tertangkap. Mirip buah yang sudah matang, namun tidak segera diambil. Tuhan lah yang akan menghadirkan rezeki, Anda lah yang harus menyambutnya.