BLOG

Kecewa dengan Manusia

Hampir dua minggu ini saya dan tim disibukkan dengan ngadatnya jaringan internet yang ada di kantor kami. Jaringan tersebut menggunakan sebuah provider yang menjanjikan paket internet unlimited / tak terbatas dengan kecepatan yang mencukupi untuk upload dan download dokumen, video maupun streaming. Ketika teknisi datang, alangkah kagetnya kami saat diberitahu bahwa paket internet yang unlimited tersebut sebenarnya memiliki batas penggunaan. Padahal dalam brosur maupun pamflet resmi, jelas-jelas tertulis unlimited. Tidak pernah tertulis dengan jelas bahwa ini “paket internet dengan kuota”. Hal ini baru saya sadari bulan ini. Di bulan-bulan sebelumnya, hal ini tidak pernah terjadi. Kata teknisi, bulan kami menggunakan paket internet melebihi kuota yang diperbolehkan.

Terus terang saya sangat kecewa dengan adanya pemberitahuan ini. Padahal jelas-jelas tertulis “unlimited” di brosur maupuan pamflet yang dulu disampaikan oleh sales. Serasa dibohongi. Kekecewaan ini ditambah dengan biaya paket internet yang terus melonjak dari bulan ke bulan tanpa pemberitahuan. Saya dan istri pun sepakat, bulan depan kami tidak akan menggunakan provider ini lagi, meski dia provider ternama.

Kecewa dengan manusia, mungkin kasus di atas pernah Anda alami. Entah itu janji yang tak tuntas. Kebohongan yang tidak terungkap. Amanah yang disalahgunakan. Atau hal-hal lain yang tiba-tiba Anda rasakan. Anda merasa sudah melakukan kewajiban terhadap orang itu, namun ternyata balasannya tak seimbang.

Menurut guru saya, kecewa pada manusia itu wajar. Karena manusia makhluk yang tidak sempurna. Masalahnya bukan pada kekecewaan tersebut, karena kecewa itu fitrah manusia. Perasaan manusia. Setiap manusia punya. Kecewa tidak bisa disembunyikan, namun bisa dikendalikan. Kecewa bukan masalahnya, namun tentang bagaimana kita mensikapinya. Apa kita mau dikecewakan lagi oleh orang atau masalah yang sama, atau kita mau bangkit dan mencari peluang lainnya.

Kecewa pada manusia itu seharusnya membuat kita belajar. Jangan lagi mengulang hal yang sama. Jika dikecewakan dalam sebuah perjanjian, jangan mau lagi berjanji dengan orang yang sama. Bila dikecewakan dengan uang, maka jangan pernah lagi berurusan dengan orang yang sama dalam hal keuangan. Memaafkan itu wajib. akan tetapi waspada supaya tidak masuk dalam lubang yang sama juga wajib. Memaafkan orang lain tentu, namun jika harus mengikat perjanjian lagi dengannya, eit… tunggu dulu.

Pages: 1 2

TAGS > , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Post a comment