Kapan Data Tak Perlu Divisualkan

Pelatihan Infografis, Videografis & Visualisasi Data, CP: 0857 3333 0407.

Kapan Data Tak Perlu Divisualkan

Di era data saat ini, visualisasi data tampaknya merupakan sebuah kebutuhan yang wajib bagi setiap orang yang ingin menyampaikan beragam informasi. Demikian juga bagi corporate dan kementerian yang setiap harinya berhubungan dengan data. Saya dan tim Kreasi Presentasi pun demikian. Dalam workshop infografis dan workshop analisa data (tableau), kami menjelaskan pentingnya teknik visualisasi data untuk memudahkan audiens memahami data yang kita sampaikan. Silakan menghubungi Bu Isti di 0857 3333 0407 untuk penawaran pelatihan tersebut.

Oke, berbicara tentang visualisasi data, meskipun penting ternyata tidak semua data perlu divisualkan. Ada kalanya data cukup ditunjukkan apa adanya. Karena visualisasi data justru membuat komunikasi yang kita sampaikan kurang optimal. Artinya, justru lebih baik kita menampilkan data mentah daripada visualisasi data. Data mentah berupa tabel. Sedangkan visualisasi data bisa berupa grafik ataupun pie chart.

Nah, kapan data tak perlu divisualkan? Stephen Few dalam bukunya “Show Me the Number” menyebutkan bahwa, ada beberapa kondisi dimana data mentah (tabel) jauh lebih baik daripada grafik. Artinya data tak perlu divisualkan. Cukup ditunjukkan apa adanya. Beberapa kondisi kapan data tak perlu divisualkan adalah:

1- Menampilkan Nilai Individual

Bagi Anda yang ingin menunjukkan kesimpulan data, menampilkan satu angka, menampilkan satu anomali data, menampilkan satu nilai yang ingin difokuskan, maka Anda cukup menunjukkan data mentah (tabel). Anda tidak perlu membuat grafik ataupun pie chart untuk memperlihatkannya pada audiens. Nilai individual cukup ditampilkan begitu saja. Berikut contohnya:

Anda bisa memperbesar number di tabel, atau cukup menghighlight-nya saja dengan shading yang berbeda warna. Mengapa nilai individual tak perlu divisualkan? Karena nilai individual menunjukkan simpulan atau pokok bahasan utama. Karena nilainya sudah fix dan final, maka tak perlu lagi divisualkan, apalagi ditambahkan data-data lain yang membuat audiens makin sulit menyimpulkan data Anda.

2- Komparasi Sejumlah Nilai, bukan Keseluruhan Data

Kapan data tak perlu divisualkan? Jawaban kedua adalah saat Anda ingin membandingkan beberapa nilai di antara keseluruhan data Anda. Ingat ya, membandingkan sejumlah data, bukan keseluruhan. Karena jika Anda harus membandingkan keseluruhan, maka visualisasi data adalah hal yang mutlak diperlukan. Sedangkan jika hanya beberapa data saja yang Anda bandingkan, maka menghighlight konten tabel atau memberi ukuran font yang lebih besar, sudah cukup untuk mengkomparasikan data.

Berikut adalah contoh tabel yang di highlight. Anda bisa langsung membandingkan konten tabel yang diberi warna kuning dengan cepat tanpa perlu memvisualkannya.

3- Menampilkan Banyak Kategori

Kapan data tak perlu divisualkan? Jawaban ketiga adalah saat Anda harus menampilkan data dengan banyak kategori, dimana antara satu kategori dengan kategori lain tak bisa dikomparasikan. Contoh, tabel data karyawan yang berisi nama, tenpat tanggal lahir, alamat, no telepon hingga jabatan dan gaji. Maka data seperti ini tak bisa divisualkan, karena memiliki kategori yang sangat beragam. Justru Anda cukup menampilkan tabel tersebut apa adanya saja. Menjadikan data mentah ini menjadi grafik, justru akan memusingkan audiens Anda.

Pages: 1 2

TAGS > , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Post a comment