BLOG

Kami Telah memegang Bunga Sakura (1)

Sejak menikah, istri saya selalu memimpikan untuk membawa kami sekeluarga ke negeri sakura, dan dari tahun ke tahun afirmasi, visualisasi, doa dan usaha pun terus kami lakukan untuk melangkah kesana. Mulai dari ikut tes beasiswa Bahasa Jepang, menghubungi professor, mengontak rekan-rekan PPI di Jepang hingga mengikuti program teacher training yang sekarang tengah di tempuh.

Saya pun ingin segera belajar budaya jepang, belajar dengan Garr Reynolds, fotografi dan bisnis di negeri sakura. Saya percaya, pintu menuju negeri itu akan dibuka oleh istri saya. Masih ingat perkataan istri saya beberapa tahun lalu, “Suatu saat kita semua akan pergi ke Jepang, memegang bunga sakura dan befoto di bawahnya.” Dan…, hari ini impian itu terwujud. Kami telah memegang bunga sakura.

8 April 2014

Saya, Nada Kumiko dan Isam Naoki berangkat dari terminal 2 Bandara Surabaya pada jam 18.30 WIB untuk transit sebentar di Kuala Lumpur. Saya mohon maaf karena tidak sempat menemui Ibu yang sudah datang jauh-jauh dari rumah. Saya pun mencoba izin kepada petugas bandara, namun mereka pun melarang, karena pesawat sudah siap take off. Saya hanya telpon-sms pada beliau, mohon doa supaya semua lancar dan kami selamat hingga sampai tujuan.

Saya sempat khawatir tentang rewelnya si kecil ketika berangkat nanti, saya sempat sharing dengan istri tentang hal ini, sehingga kami menyiapkan tas khusus berisi makanan, mainan dan perlengkapan si kecil saat perjalanan. Namun ternyata alhamdulillah, Isam dan Mbak Nada pun tidak rewel selama perjalanan 2,5 jam, justru mereka gembira dan bermain dengan mainan masing-masing. Mas Isam dengan Bima Satria Garuda-nya, dan Mbak Nada dengan Boneka Barbie-nya. Selama perjalanan, Mas Isam hampir tidak penah berhenti mengunyah makanan, mulai dari permen, keripik, hingga roti. Sedangkan mbak Nada mewarnai buku gambar dan seringkali meminta saya bercerita tentang buku bacaan yang dia bawa. Keduanya pun makan meals pesawat, yang telah kami pesan sebelumnya, dengan lahap. Hingga keduanya pun lelah dan tertidur di pangkuan saya.

Pukul 22.10 waktu Kuala Lumpur, pesawat pun mendarat. Saya membangunkan Mas Isam dan Mbak Nada. Tanpa rewel keduanya pun bangkit dari tidurnya, mengenakan sepatu dan membawa mainannya masing-masing. Mas Isam tak mau digendong. Mbak Nada terlihat sangat dewasa. Kami pun kemudian antri di imigrasi untuk pengecekan dokumen. Selama antri, kedua anak ini berlari, merangkak, dan berguling-guling di lantai imigrasi yang berlapis karpet. Membuat hampir pemumpang yang transit bersama kami tersenyum lepas, melihat tingkah lucu mereka. Seakan jadi pengobat rasa lelah mereka.

Seusai dari ruang imigrasi, saya dan anak-anak pun menunggu di waiting room bandara, untuk melanjutkan perjalanan. Rasa lelah tampak pada kedua wajah si kecil, namun keceriaan mereka tak bisa disembunyikan. Mereka tetap berlari kesana-kemari, melihat-lihat counter yang ada dan penumpang pesawat yang berbeda-beda dari berbagai negara.

9 April 2014

Waktu keberangkatan ke Jepang pun tiba, pukul 00.45 waktu Kuala Lumpur kami bertiga berjalan cukup jauh dari waiting room ke pesawat Air Asia. Sama dengan sebelumnya, kedua buah hati saya berjalan sendiri. Seakan mereka tahu, kelelahan orang tuanya yang telah mempersiapkan keperluan dan menjaga mereka selama perjalanan ini. This make me so proud of them.

Setelah masuk kabin pesawat, kelelahan yang menumpuk sudah tak bisa disembunyikan lagi. Kedua buah hati saya mulai ingin terlelap. Saya pun memeluk keduanya, dan membiarkan mereka tidur di pangkuan saya. Berkali-kali saya mengusap kepada mereka dan mengucap dalam hati, “Abi sangat bangga padamu sayang… kalian berdua hebat… Sabar ya Nak, 6 jam lagi, kalian akan bertemu Umi di Jepang. Kita semua akan memegang bunga sakura dan berfoto di bawahnya.”

Kami Telah memegang Bunga Sakura, Continued….

Pages: 1 2

TAGS > , , ,

Post a comment