
Jalani Saja
Sudah hampir dua bulan sejak istri saya meninggalkan Indonesia untuk mengikuti program teacher training di Jepang. Hampir dua bulan pula saya merasakan hidup sebagai seorang Ayah, sekaligus menjalankan tugas seorang Ibu bagi dua anak kami, Nada dan Isam.
Jika selama ini saya fokus untuk mencari nafkah bagi keluarga dengan pelatihan, workshop dan seminar, maka sekarang tugas itu ditambah, dengan membersihkan rumah, menemani si kecil bermain dan belajar, memandikan, menyiapkan bekal ke sekolah hingga mendampingi mereka berdua sampai terlelap. Saya harus bangun lebih pagi dari mereka dan tidur lebih malam, setelah keduanya tertidur.
Terus terang dengan banyaknya aktifitas ini, porsi kegiatan saya dua kali lipat lebih berat daripada ketika istri saya masih ada di sisi. Belum lagi ketika si kecil sakit, maka saya harus siap-siap untuk bangun 5 hingga 6 kali di tengah malam untuk membuatnya nyaman dan lupa akan sakitnya.

Mbak Nada dan Dek Isam di jalan sekitar rumah
Semua harus jalan, kewajiban menulis artikel bahasa Indonesia dan Inggris untuk blog saya tiap hari, menulis buku internasional untuk persiapan bertemu Mr. Garr Reynolds, belajar bahasa jepang, hingga menyusun materi pelatihan inhouse dan berlatih presentasi. Belum lagi dengan aktivitas mengkader para trainer Amazing Slide Presentation. Ini semua harus saya siapkan sebelum keberangkatan saya ke Aichi di awal 2014.
Berat? Memang ini jauh lebih berat daripada keadaan saya sebelumnya. Bagaimanapun empat tangan lebih baik dari dua. Namun inilah pilihan hidup. Inilah jalan yang memang harus kami tempuh. Berkorban hal kecil untuk mendapatkan hal lain yang jauh lebih besar.