Ikhlas itu Tidak Mudah
Ikhlas itu tidak mudah. Saya masih ingat, sekitar lima tahun lalu anak sulung saya Mbak Nada Kumiko harus diopname di rumah sakit karena gejala demam berdarah. Tabungan saya, hasil menyisihkan gaji ratusan ribu per bulan, hampir habis karena biaya pengobatannya. Saya dan istri berusaha mengikhlaskan pengeluaran kami yang sangat banyak dibanding dengan pemasukan kami saat itu. Bisa dibilang habis-habisan. Saat itu sangat berat bagi kami berdua, apalagi kami masih mengontrak.
Ikhlas itu tidak mudah. Saya pun ingat, sekitar dua tahun lalu, kami mencoba mengikhlaskan kendaraan yang telah kami beli dengan menabung selama puluhan bulan untuk disedekahkan. Padahal ketika itu kami memerlukan kendaraan untuk memudahkan pekerjaan, di sisi lain kami sangat kesulitan untuk membeli rumah dengan harga sesuai penghasilan.
Saya pun juga ingat saat istri saya melepas status kepegawaiannya untuk bisa berangkat ke negeri sakura. Dia harus memilih, supaya bisa berangkat ke Jepang dengan dua opsi, “memberi sebagian penghasilannya” untuk memudahkan administrasi atau mengundurkan diri. Istri saya pun memilih opsi kedua. Daripada melanggar ketentuan agama. Berat memang.
Saya jadi ingat ketika beberapa bulan lalu, saya ketinggalan pesawat ke Indonesia, karena kecelakaan kereta di jalur menuju bandara. Padahal hari berikutnya, saya harus memberikan pelatihan di salah satu BUMN. Tiket saya hangus, saya pun kehilangan beberapa juta rupiah. Beberapa minggu ini pun, kami sekeluarga juga diuji hal yang hampir sama. Jika dulu satu tiket saja yang hangus, kemungkinan saat ini tiket saya dan dua anak saya juga hangus karena kesalahan administrasi. Makin banyak jumlah rezeki yang harus saya ikhlaskan.
Ikhlas itu tidak mudah. Karena ikhlas itu ibadah. Tidak ada ibadah yang mudah. Meluangkan waktu untuk sholat 5 kali sehari di sela-sela pekerjaan itu bukan hal mudah. Membaca kitab suci beberapa menit setiap hari juga bukan hal mudah. Tersenyum pada orang yang menyakiti hati kita itu sangat pahit. Berpuasa menahan lapar dan haus seharian, bukan masalah sepele. Memberi orang lain di saat kita juga butuh itu sangat berat. Ibadah haji yang membutuhkan dana puluhan juta rupiah juga bukan hal remeh. Semakin banyak yang dikorbankan, makin berat, justru disitulah nilai ikhlas dan balasannya kian besar.
Ikhlas adalah bukti kesungguhan kita dalam berusaha. Bukti inilah yang kita serahkan pada Tuhan. Pencipta langit dan bumi yang tak pernah inkar janji. Jika kita di dunia bisnis kita kenal kata investasi, maka ikhlas adalah investasi terbesar bila ingin mendapat balasan setimpal atau bahkan berlipat ganda. Inilah bisnis yang paling menguntungkan bagi kita, karena yang membalas bukan atasan kita ataupun manusia yang kaya, namun Yang Maha Memberi kekayaan.
Salam Amazing.
Klik poster di bawah ini untuk mendapatkan/mendownload flyer full screen.