BLOG

Dinar Bidadari Kecil

Pagi ini, saya teringat dengan kisah yang ditulis di catatan facebook milik rekan saya Ibu Tietie Surya, beberapa bulan lalu. Kisah tentang dirinya dan sahabat belianya. Dinar Atfa Cholifah, umurnya masih sangat muda. Di jejaring sosial, dirinya masih tercatat sebagai siswi SMA Negeri 21 Surabaya. Usia yang muda menjadikan Dinar sebagai bidadari belia yang penuh semangat. Dinar bergabung dengan Komunitas CENDOL (CErita, Nulis dan Diskusi OnLine) Jawa Timur.

19 Juni 2011, adalah hari dimana keluarga dan sahabat Dinar mendengar kata-kata dari peri kecil ini untuk terakhir kalinya. Sekitar pukul 08.30 WIB, Dinar masih membantu ibunya menjemur baju. Dinar memang dikenal sebagai putri yang ringan mengulurkan tangan. Di saat menjemur, ternyata ada salah satu tetangga Dinar yang bertanya,

Din, katanya mau pergi?”.
Dinar kemudian menjawab, “Iya, nanti jam 10”.

Hari Minggu itu memang Dinar berjanji akan datang di acara KopDar Grup Cendol di Kebun Bibit Surabaya. Menurutnya ini merupakan momen berharga untuk menimba ilmu dari rekan-rekan yang lebih senior daripada dirinya. Apalagi hari itu pemilik grup Cendol akan mengumumkan siapa yang berhak memperoleh handphone BB melalui kompetisi yang diadakan. Dan sepertinya Dinar-lah pemenangnya.

Dinar pun berjanji kepada sang Ibu untuk menghadiahkan BB bagi ibunda tercinta bila benar-benar menang dalam kompetisi ini.
Sekitar pukul 08.45 Dinar sms Bu Tietie Surya, “Bund, dedek berangkat duluan, sampai ketemu di sana ya…peluk bunda, dedek sayang bunda”. Bu Tietie Surya sendiri tidak merasa ada sesuatu yang ganjil di SMS Dinar.

Dinar kemudian berangkat kurang lebih jam 09.00 ke Kebun Bibit dengan diantar Ayah dan adik kecilnya yang berusia 3 tahun, berboncengan naik sepeda motor. Kejadian memilukan itu terjadi sekitar yang 09.15. Di saat Bus patas “Restu” menyalip dari sebelah kiri dan mendadak berbelok haluan ke kanan. Sepeda motor Ayah Dinar yang berada di sisi kanan bus menghantam badan bus. Ayah Dinar tidak mampu mengendalikan laju motor, sehingga terjatuh di jalan raya.

Ayah dan adik Dinar tertimpa sepeda motor sementara Dinar terseret masuk ke dalam kolong bis. Ayah Dinar baru menyadari apa yang terjadi setelah melihat Dinar dibopong sejumlah orang yang membantu mengevakuasi mereka, karena Sang Ayah konsentrasi untuk melindungi adik Dinar.

Mereka sekeluarga dibawa ke rumah sakit terdekat. Dan seperti yang Dinar katakan sebelumnya dia memang pergi untuk selamanya tepat pukul 10. Persis sama dengan yang tertulis dalam surat kematian dari rumah sakit. Sama juga dengan SMS yang dikirim ke Tietie Surya untuk “bertemu di sana jam 10”.

Para pemenang kehidupan, kisah Dinar ini mengingatkan saya, bahwa ajal bisa datang kapanpun, dimanapun dan pada siapapun. Sampai sekarang, rekan-rekan saya di facebook selalu mengingat Dinar sebagai penyemangat jiwa untuk terus berkarya lewat tulisan. Nah, bisakah diri kita nanti seperti alm. Dinar yang selalu menjadi penyemangat orang-orang di sekitar kita meski kita telah tiada? Atau malah orang-orang di sekitar kita bersyukur dan gembira ketika kita telah meninggal dunia?

Maka supaya diri kita bermakna di dunia maupun setelah kita meninggalkannya kelak, selalu berbuatlah positif dan tebarlah kebaikan di sekeliling kita.

Salam Amazing.

TAGS > , , , , , ,

Post a comment