BLOG

Di Atas Profesionalisme Masih ada Kemanusiaan

Salah satu olah raga kegemaran saya adalah sepak bola. Saya senang bermain bola dan juga menonton pertandingan sepak bola. Berbicara tentang bola, apakah Anda tahu tentang insiden yang terjadi 17 Maret lalu di piala FA Liga Inggris? Saat itu pertandingan piala FA sedang berlangsung antara dua klub Liga Primer Inggris, Bolton Wanderers melawan Tottenham Hotspurs.

Saat pertandingan lagi seru-serunya, tiba-tiba salah satu pemain Bolton Wanderes yang bernama Fabrice Muamba, jatuh terkapar di tengah lapangan. Diam tak bergerak. Tim medis segera berlari ke tengah lapangan. Semua pemain dan penonton hening melihat insiden ini. Tim medis menyatakan bahwa Muamba mengalami serangan jantung, dan tak bisa siuman. Akhirnya Muamba diangkut mobil Ambulans ke rumah sakit. Tahukah Anda apa yang dilakukan sang wasit? Dirinya langsung berunding dengan kedua tim, dan memutuskan untuk menghentikan pertandingan, walau saat itu kondisi pertandingan bertensi panas.

Perilaku  wasit ini menunjukkan toleransi yang luar biasa. penghargaan terhadap jiwa sesama manusia. Dia seakan berkata dengan peluitnya, bahwa di atas profesionalisme, masih ada kemanusiaan. Profesional boleh saja dan harus, namun jika sisi kemanusiaan bisa jadi pertimbangan, maka sebaiknya diutamakan.

Bagaimana contohnya? Mudah, ambulans dipersilakan melaju kencang di jalur berlawanan untuk membawa pasien. tentu ini dibenarkan karena alasan kemanusiaan, Demikian juga Anda yang berada di institusi pemerintah. Silakan dan boleh saja memiliki peraturan kantor yang mengharuskan karyawan Anda untuk datang tepat waktu setiap hari. Dengan dasar Undang-undang, Peraturan Pemerintah dan sebagainya. Namun jika ada keluarga karyawan Anda yang meninggal dunia, maka silakan izinkan dirinya untuk tidak hadir di kantor, karena kondisinya dalam suasana duka. Dijamin, perilaku Anda akan menjadi contoh mulia di tengah karyawan yang lain. Tentu Anda pun menjadi pribadi yang meninggikan nilai kemanusiaan.

Sebaliknya jika Anda memaksakan karyawan Anda untuk hadir di kantor, maka sesungguhnya nilai kemanusiaan sudah ternodai oleh perilaku Anda sendiri. Mengapa saya memberi contoh demikian? Saya mengenal seorang Pimpinan sebuah institusi yang tetap memaksakan stafnya untuk masuk kerja, padahal kondisi karyawan tersebut sedang berduka. Malahan dirinya memberikan SP (Surat Peringatan) kepada karyawannya itu. Semua atas nama profesionalisme dan tugas. Hal ini cukup membuat saya tertegun dan kurang simpati padanya. Terus terang saya sedikit kecewa.

Pages: 1 2

TAGS > , , , , , , , , , , , ,

Post a comment