BLOG

Bukan karena Gelar

Saya pernah mendapat kesempatan bekerja di laboratorum sebuah instansi ternama di Surabaya. Instansi besar dengan nama cukup mentereng. Saya biasanya datang pagi-pagi untuk mempersiapkan laboratorium yang merupakan tanggung jawab saya. Seringkali saya bertemu dan menyapa dua orang cleaning service yang sedang menjalankan tugasnya. Biasanya wajah mereka ceria, namun hari ini mereka tampak kusut dan tak bersemangat.

Saya pun menyapa seperti biasanya, dan mereka berdua pun merespon namun dengan tanggapan dingin. Dengan nada sedikit bercanda, saya mendekati keduanya dan berkata, “Tumben Mas ga semangat, tanggal muda kok kusut banget.”

“Iya Mas Dhony, kita capek banget Mas.”

“Hehe..bukannya membersihkan lantai gedung tiap hari memang capek Mas.” Ujar saya.

“Hm…bukan begitu Mas, kemaren kami diberi tugas oleh pimpinan disini.”

“Lalu…?” Saya penasaran.

“Padahal hari sudah larut malam, tapi gara-gara hari ini ada kunjungan menteri, kami diminta lembur sampai hampir pagi. Padahal kami punya anak istri Mas.”

Belum sampai lidah saya berujar…sang cleaning service kembali meluapkan kekesalannya.
“Mas..istri saya sedang hamil muda, saya tidak bisa meninggalkan dia hingga larut malam. Saya sudah coba bilang, tapi pimpinan tidak mau tahu alasan saya. Katanya kunjungan menteri lebih penting. Kami tidak butuh kunjungan, kami hanya butuh kepedulian. Iya..saya ngerti, kami bukan orang dengan banyak gelar. Tapi kami masih punya hati nurani. Kami lebih cinta keluarga kami daripada pekerjaan ini.”
“Sabar Mas…” Saya mencoba menenangkan.

“Bukan begitu Mas, saya tidak mengerti mengapa banyak orang yang sudah mengenyam pendidikan tinggi tidak mau mendengarkan permintaan kami. Padahal keluarga adalah nyawa kami. Anehnya semua permintaan dia harus dituruti. Apa itu Mas arti sebuah gelar? Hanya untuk meremehkan orang lain yang tidak melalui pendidikan formal. Yang paling menyakitkan Mas, mereka menyuruh kami mengerjakan tugas sampai beres, kami dilarang pulang. Tapi mereka kemudian pulang. Padahal kita disini bekerja dalam instansi yang sama. Dia bukan pemilik instansi ini. Antara dia dan saya hanya beda tugas Mas, tidak lebih. Apa saya harus mendoakan keburukan untuk dia, ya ga pantas Mas….”

“Saya mungkin tidak berpendidikan Mas, tapi saya tahu mendoakan kebaikan akan membuat saya lebih mulia di hadapan Tuhan.”

Ya Allah…memang benar firman-Mu, Engkau tidak melihat kemuliaan manusia dari gelar dan pendidikan, tapi dari kedekatannya pada-Mu.

Ya Rabb, peluklah mereka yang telah bersusah payah bekerja demi keluarga, dengan limpahan rizki dan berkah dari-Mu.
Amiin.

TAGS > , , , , , , , ,

Post a comment