Belajar Menahan Diri
Malam ini saya tertegun mendengar ucapan istri saya. “Mas, tahu ga kenapa sekarang, ketika banyak teman-temanku di dunia maya memanggilku dengan nama Kuma atau Isti, aku membalasnya dengan panggilan yang lebih baik pada mereka, Mbak, Mas, Pak, Bu, bahkan Sensei?” Saya pun menjawab, “Waduh, ga tahu ya Say..” Dan istri saya membalas, “Karena, aku istri seorang trainer, kata-kataku harus dijaga. Aku harus belajar menahan diri, supaya aku hanya berkata yang baik. Lebih-lebih kita harus melakukan apa yang kita ucapkan.”Ya, karena kita sekarang hidup di dunia dunia nyata dan maya, maka kita harus pandai-pandai membaca, menerima informasi kemudian memilih, akan kita komentari atau tidak. Seringkali diam lebih berharga daripada berkomentar yang menjurus pada debat kusir tanpa ujung dan tanpa solusi, tanpa mengubah apa-apa, kecuali pandangan seseorang terhadap lawan debatnya.
Saya yakin, Anda yang membaca tulisan saya sekarang ini, pasti punya akun jejaring sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram dan sebagainya. Minimal satu-lah. Dan tiap harinya, ribuan informasi mengalir ke pikiran kita. Bila kita tidak cermat, salah status, salah pasang foto hingga salah memanggil nama seseorang, bisa berujung pada komentar negatif di sana-sini. Cobalah untuk belajar menahan diri, menentukan kapan mau menyukai, berkomentar atau berbagi informasi dengan orang lain. Lalu perhatikan juga komentar Anda, tempatkan tanda baca pada posisi yang terbaik. Karena salah tanda baca, seperti koma, titik, tanda seru bahkan tanda tanya bisa menyebabkan orang lain yang membacanya salah tafsir.
Dan yang terakhir, saya selalu berkata pada peserta seminar jika saya mengisi perihal komunikasi. Janganlah bermain jejaring sosial jika kita sedang berbicara dengan seseorang. Berhentilah sejenak. Dengarkan dia. Belajar menahan diri. Jejaring sosial tidak mempunyai perasaan, namun orang yang di hadapan Anda memilikinya. Cobalah sedikit lebih sensitif dengan orang di hadapan Anda.
Belajar menahan diri, seleksi informasi, dan mengutamakan skala prioritas adalah cara terbaik untuk mengendalikan karakter di era internet saat ini. Membiasakan diri untuk mengabaikan berita negatif, selalu berpendapat positif, mendukung orang lain dan mencoba menginspirasi mungkin tidaklah mudah. Namun jika dibiasakan, akan terwujud dengan sendirinya. Mengapa? Karena 80% pribadi manusia terbentuk dari lingkungannya. Jika lingkungan kita positif, kita pasti terbawa. Namun bila lingkungan kita negatif, jangan turut serta. Ubahlah dengan menjadi bagian dari perubahan itu sendiri.
Salam Amazing.