BLOG

Belajar Kejujuran di Jepang

Kemarin, adalah salah satu hari yang tak terlupakan bagi saya, saya belajar kejujuran di Jepang. Ini terjadi saat kartu pass kereta saya tertinggal di stasiun Fujimatsu (kota Kariya), stasiun yang terdekat dari apato saya (sekitar 35 menit bersepeda). Kartu pass tertinggal saat saya mengisi kartu tersebut di mesin charge otomatis. Di waktu saya mengambil receipt, kereta sudah datang, akhirnya saya masuk kereta tanpa sadar meninggalkan kartu pass di mesin charge. Saya baru sadar, kartu tersebut tertinggal saat saya melewati gerbang keluar di stasiun Yonezu, kota Nishio (setelah 1 jam perjalanan kereta).

Mengapa kartu tersebut penting bagi saya? Pertama, kartu tersebut memudahkan saya keluar masuk stasiun tanpa membeli tiket, karena keterbatasan bahasa Jepang saya. Saya akan sangat kesulitan membaca jadwal kereta, durasi perjalanan hingga biaya nya. Ini tentu memerlukan waktu yang tidak sedikit, padahal jadwal kereta di jepang sangat tepat, tanpa kompromi. Kedua, meski tak seberapa, kartu tersebut baru saja saya charge 3000 yen, sekitar 300 ribu rupiah. Total 400 ribu rupiah di dalamnya. Lumayan, bisa pulang pergi apato ke Nagoya 4 kali. Hehe. Ketiga, karena di dalam kartu itu ada data saya, saya takut kartu itu disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Menaruh kartu tersebut di tempat terjadinya tindak kriminal, bisa jadi saya dituduh yang tidak-tidak. Apalagi saya orang asing disini. Waspada juga sangat penting bukan.

Oke, kembali ke kisah saya. Setelah saya tidak bisa menemukan kartu pass, tentu saya tidak bisa keluar gate. Saya pun menghubungi petugas stasiun via intercom. Kenapa tidak menemuinya langsung? Di sini, stasiun-stasiun kecil tampak tidak berpenjaga. Semua area untuk menghubungi petugas tertutup rapat. Mungkin untuk membiasakan masyarakat tertib tanpa ada petugas sekalipun. Petugas akan keluar hanya saat genting, misal ada orang buta yang naik kereta, penyandang cacat, atau jika terjadi kecelakaan.

Dengan bahasa Jepang yang terbata-bata, saya mencoba menjelaskan bahwa kartu pass saya tertinggal di stasiun Fujimatsu. Petugas pun mempersilakan saya untuk keluar gate dan kembali ke stasiun Fujimatsu. Dengan hati cemas, saya akhirnya sampai di stasiun, namun kartu pass saya sudah tidak ada di mesin charge. Saya pun menghubungi pihak stasiun Fujimatsu, dan mereka mengatakan kartu saya sudah ada di Stasiun Chiryu (Stasiun terbesar di kota sebelah Kariya). Di Stasiun Chiryu, petugas meminta receipt saya, dan meminta saya mengisi data, itu semua butuh waktu kurang dari 3 menit dan tanpa biaya.

Bagaimana kronologi ditemukannya kartu saya? Begini:

  1. Sesaat setelah saya masuk ke kereta, ternyata ada penumpang lain yang menemukan kartu tersebut. Dirinya pun segera menyerahkan kartu ke petugas Meitetsu (nama perusahaan kereta di daerah Nagoya dan sekitarnya).
  2. Petugas menghubungi stasiun no telpon yang ada di data kartu saya, dan yang menerima adalah istri saya. Istri saya mengatakan saya menuju ke stasiun Yonezu (saat telepon ini berlangsung saya masih dalam perjalanan menuju Yonezu). Petugas menyampaikan, bahwa tiket bisa diambil di Chiryu, dan tidak perlu kuatir di saat keluar gate.
  3. Petugas Meitetsu di stasiun Chiryu mememonitor perjalanan saya dan menghubungi petugas stasiun Yonezu, bahwa ada penumpang yang kartunya tertinggal, dan mempersilakan saya kembali ke jalur sebelumnya.

Meski hal ini luar biasa bagi saya. Namun ternyata ini adalah hal yang biasa di negeri ini. Saya benar-benar belajar kejujuran di Jepang. Ternyata istri saya juga pernah kehilangan HP dua kali, dan semuanya kembali dengan kondisi baik. Terus terang, saya jadi ingat ketika barang saya hilang di Indonesia, saya harus mengurus surat kehilangan, dan hampir tak pernah ada barang yang hilang bisa kembali dengan selamat. Di musholla kampus saya dulu, seringkali mahasiswa kehilangan laptop dan hp di dalam tas saat sholat. Padahal itu rumah ibadah. Saya juga jadi ingat, ketika diberlakukan kartu pass untuk comuter di Jakarta, banyak kartu yang hilang hingga pengelola merugi milyaran rupiah. Rupanya masih banyak yang harus kita benahi di negeri sendiri. Mulai dari spiritual, mental kejujuran, sistem komunikasi hingga pelayanan publik untuk Indonesia lebih baik.

Semoga artikel belajar kejujuran di Jepang ini menambah referensi kebaikan bagi Anda.

Terima kasih Meitetsu.

Salam Amazing.

TAGS > , , , , , , , , , , , , ,

Post a comment