BLOG

Anak Merekam Aktifitas Orang Tua

Dimanapun kita hidup dan berpijak ada plus minusnya. Termasuk saya sekeluarga di negeri sakura, Jepang. Plus nya, Jepang negara maju, fasilitas dan infrastruktur negara ini sangat lengkap. Mulai dari transportasi hingga kebutuhan sehari-hari tersedia dengan murah dan terjangkau. Untuk kebutuhan fisik, Jepang oke lah. Namun untuk kebutuhan rohani, Jepang sangat miskin, apalagi untuk saya sekeluarga yang muslim. Oleh karena itu, saya dan istri harus pandai-pandai menjaga rohani dua buah hati kami, karena anak merekam aktifitas orang tua.

Istri saya, Isam Naoki dan Nada Kumiko di kereta Kintetsu, Nagoya Station.

Isam Naoki dan Nada Kumiko, dua buah hati kami yang memasuki usia emas. Kami sadar, pendidikan mental dan rohani di usia dini sangat berpengaruh untuk mereka. Di kota saya, Kariya, tidak ada tempat ibadah untuk umat Islam. Masjid terdekat yang mampu memenuhi keinginan kami supaya si kecil belajar ada di kota Nagoya, sekitar 1 jam perjalanan dengan bus lalu berlanjut kereta. Karena jarak yang cukup jauh, maka saya dan istri pun bersepakat mengadakan program spiritual di rumah. Cukup sederhana. Di sela-sela aktifitas saya mempersiapkan training Amazing Slide Presentation dan istri menyelesaikan tesisnya, kami membiasakan sholat berjamaah sekeluarga, setelah itu bergantian, saya atau istri membaca kitab suci Al Qur’an, untuk dua bulan ini, kita fokus ke surat Al Waqi’ah yang berjumlah 96 ayat.

Saat saya atau istri membaca Qur’an, Kumiko ataupun Naoki tetap bermain semau mereka. Menggambar, main rumah-rumahan, menyusun Lego, bercerita, lari-lari di dalam rumah dan aktifitas lain seperti halnya anak kecil dengan lumrahnya. Sangat jarang kami melarang mereka, kecuali jika Naoki atau Kumiko membikin rumah jadi gaduh, karena bisa mengganggu tetangga di lantai bawah, kami di lantai tiga.

Kurang lebih tiga minggu membaca Qur’an ini rutin kami lakukan. Dan tak diduga, di sekitar minggu keempat Naoki mengikuti bacaan surat Waqi’ah. Awalnya samar-samar. Namun ketika kami dengar dengan seksama, Naoki pun melantunkan satu per satu surat Waqi’ah dengan logatnya yang lucu. Kumiko pun demikian. Dengan lantang dia ikut serta, sambil melanjutkan keasyikannya bermain. Padahal kami tak pernah mengajari mereka berdua hafalan surat Waqi’ah. Saya dan istri pun memeluk mereka berdua. Kaget, gembira, bangga jadi satu… Jadi benar, anak-anak merekam aktifitas orang tua. Lebih tepatnya merekam aktifitas sekitarnya.

Saya dan dua buah hati di Kariya Shiyakusho.

Saya pun iseng mengacak surat Waqi’ah serta meminta Naoki dan Kumiko melanjutkan ayatnya, ternyata mereka bisa, bahkan tetangga kami, Mbar Anisa yang juga mahasiswa Indonesia kaget dan merasa takjub dengan Naoki dan Kumiko. Subhanallah.

Ini pelajaran besar bagi saya dan istri untuk lebih menjaga aktifitas di depan anak-anak. Jika kata-kata baik dalam kitab suci bisa mereka hapal, tentu kata-kata yang buruk juga bisa. Bila mereka bisa merekam ayat-ayat Qur’an hanya dengan mendengarnya sambil bermain, tentu mereka juga bisa merekam bila mendengar syair-syair negatif via televisi atau media visual lainnya.

Anak merekam aktifitas orang tua. Saya pun berharap Kumiko dan Naoki terus bisa merekam hal-hal positif sehingga mampu membentuk pribadi positif pula di masa depan. Kamu hebat Nak…

Salam Amazing.

Pages: 1 2

TAGS > , , , , , , , , , , , , , , ,

Post a comment