BLOG

Aku Ingin Seperti Mereka…

Mas…, aku ingin seperti mereka.” Kata istri saya seraya menunjuk Ibu-ibu muda yang mengantar putra-putrinya ke sekolah. Keinginan istri saya ini sudah terpendam sejak lama. Dia ingin waktunya full untuk keluarga. Mendidik adek Isam dan menyayangi mbak Nada.

Maklum sampai saat ini istri saya menjadi seorang guru PNS di sebuah sekolah negeri. Dirinya harus berangkat pagi-pagi, sekitar jam 05.30 WIB, untuk mengejar jam pertama. Dan pulang sekitar jam 14.00 WIB. Ketika awal bekerja, konsentrasi istri saya belum terpecah. Karena kami masih memiliki satu orang buah hati. Namun segalanya berubah ketika Isam Naoki lahir. Kasih sayang istri saya bertambah berkali-kali lipat pada keluarga. Dirinya merasa sangat berdosa ketika meninggalkan si kecil sebelum mata buah hati kami terbuka. Nuraninya sebagai seorang Ibu-pun meronta.

Tekad istri saya untuk bekerja di rumah pun makin bertambah, ketika kami bertemu dengan Ibu Eni pasca workshop “Amazing Presentation”. Ibu Eni mengatakan bahwa putrinya sangat kritis tentang masalah kerja dan penghasilan. Bu Eni pernah berkeinginan untuk bekerja di luar kota, namun putrinya berkata, “Ma…, untuk apa Mama punya penghasilan besar, tapi tidak ada di rumah. Untuk apa Mama mengajar anak orang lain jadi pintar, tapi anak sendiri ga diajari supaya pintar.” Deg…, perkataan putri Bu Eni menusuk hati kami berdua.

Saya mencoba memahami jeritan hati istri saya. Di sisi lain istri saya orang intuiting. Dalam bahasa mesin kecerdasan, orang intuiting adalah orang yang tidak betah dalam kondisi stay berlama-lama. Idenya sangat banyak, dan harus tersalurkan. Dirinya pun mengatakan, “Mas…, kalau aku cuma di rumah saja, tapi tidak punya aktivitas bisnis apapun, aduh… aku malah tambah pusing Mas.”

Akhirnya saya bersama istri mencari-cari bisnis yang bisa dikerjakan di rumah. Bisnis yang bisa dilakukan dengan menggendong si kecil, mengajari mereka belajar dan juga bermain. Bisnis yang bebas memiliki waktu luang untuk keluarga. Bisnis yang sudah tersistem dengan canggih, sehingga meski istri saya tidak berada disana, bisnis tersebut tetap berjalan dan menghasilkan keuntungan. Saya pun mulai membebaskannya untuk berbisnis online di rumah. Membangun jaringan di dunia maya, sehingga perlahan-lahan dia bisa melepaskan pekerjaannya saat ini. Alhamdulillah, saat ini bisnis itupun mulai berjalan dan menghasilkan.

Saya pun mengatakan, “Say…, jangan lupa ditarget ya, kapan Umi benar-benar bisa melepaskan rutinitas kerja saat ini dan bisa full time di rumah, supaya bisnisnya lebih semangat.” tanpa saya duga, istri saya pun menjawab, “Dua tahun lagi Mas…, beri Umi waktu 2 tahun lagi untuk benar-benar bisa berdiri sendiri di bisnis ini, dan punya penghasilan sendiri lebih dari 10 juta rupiah per bulan.”

Melalui tulisan ini saya berpesan bagi saya sendiri sebagai suami, dan bagi Anda, para pemimpin keluarga, bekerjalah sekuat tenaga Anda. Pastikan keluarga Anda terayomi dari segi ekonomi. Sebagai suami dan Ayah, memenuhi nafkah keluarga adalah kewajiban kita. Pastikan istri Anda memiliki waktu yang lapang untuk mendidik putra-putri Anda. Jika mereka ingin berbisnis, izinkan, namun ingatkan mereka supaya memilih bisnis yang masih mengizinkan seorang Ibu menyayangi anaknya setiap waktu.

Saya yakin, Tuhan Maha Memahami, dan Tuhan akan memudahkan langkah kita untuk selalu dekat dengan keluarga. Jika Anda mau, Tuhan-pun akan memampukan Anda.

Salam Amazing.

Nb: untuk istriku, suami dan anak-anakmu selalu mendukungmu. Jadilah seperti mereka.

TAGS > , , , , , , , , , , ,

Post a comment