Tidak Fokus karena Gadget
Bukan hanya kesuksesan yang bisa memberi pelajaran berharga, namun kegagalan pun bisa memberi cambuk supaya kita berusaha lebih baik. Pada saat meeting dengan tim, saya mendapat pencerahan berharga. Terus terang meeting hari itu sangat kacau, karena salah satu anggota tidak siap dengan presentasinya. Tidak ready dengan konsep dan agenda meetingnya.
Justru dirinya lebih sibuk membalas pesan rekan-rekannya di jejaring sosial lewat gadget (hp) yang ada di genggamannya. Ketika ditanya tentang masukan dan nasihat, eh…ternyata dirinya mengatakan “Saya blank hari ini, saya belum siap dengan materi saya.” Tentu, hal ini sangat mengecewakan, karena rapat terlihat sangat tidak profesional dan menjadi ajang koreksi diri.
Meski demikian bagi saya, rapat hari ini tetap memberikan hasil, meski bukan perbaikan teknis kerja namun ada yang bisa kami ambil sebagai bekal untuk perbaikan mental kami. Bagi saya, tidak fokus dan geje (ga jelas) karena sibuk bergadget ria daripada mendengar agenda rapat adalah sebuah masalah. Dan setiap problem adalah pelajaran berharga dalam hidup yang harus diatasi, sehingga tidak terjadi yang kedua kalinya.
Nah, pernahkah Anda tidak fokus dalam melakukan kerja dan menjadikan aktivitas lain seperti menjawab messenger, surfing lewat hp dan sibuk membalas sms sebagai kegiatan utama, daripada berinteraksi dengan orang di hadapan Anda?
Bila ini terjadi maka sepertinya kita perlu mengoreksi diri. Perlu kita tahu, gadget (seperti hp dan pc tablet) hanyalah tools (alat). Karena hanya tools, gadget tidak bisa menjadi baik atau buruk. Karena baik atau buruknya pemanfaatan gadget tergantung penggunanya, bukan gadget-nya. Pemakaian perangkat apapun juga butuh etika, tidak sekedar dipakai dan digunakan. Seperti bagaimana memakai baju, mengoperasikan komputer dan sebagainya. Etika inilah yang menjadikan Anda mulia dan berkesan di depan orang lain.
Gadget tidak memiliki hati, perasaan maupun emosi. Jika salah dalam pengoperasian, paling banter gadget Anda akan rusak dan tidak bisa dipakai lagi. Namun Anda bisa membelinya lagi di waktu yang lain. Karena gadget wujudnya bisa seragam dan memiliki jumlah yang cukup besar. Sebaliknya, orang yang ada dihadapan Anda sekarang memiliki hati, emosi dan perasaan. Jika Anda salah berinteraksi dengannya, bisa jadi Anda akan susah mendapat koneksi seumur hidup Anda. Anda tentu tidak senang ketika Anda berbicara, sedangkan orang yang Anda ajak bicara lebih sibuk dengan gadget-nya. Demikian pula orang lain memandang Anda ketika Anda melakukan hal yang sama.
Maka mulai sekarang lihatlah, mana yang punya hati nurani, emosi dan perasaan yang terdekat jaraknya dengan Anda. Jangan menyibukkan diri dengan sesuatu yang tidak punya hati, namun mengorbankan interaksi Anda dengan sesama manusia yang berhati mulia.
Salam Pemenang Kehidupan.