Sampaikan Inspirasi
19 Maret 2015, adalah hari bersejarah saya dan istri sebagai orang tua Nada Kumiko. Putri saya di hari itu mengikuti upacara kelulusan di Igaya Youchien, taman kanak-kanak tempat Nada Kumiko bersekolah. Ini adalah pengalaman pertama saya menghadiri sebuah upacara kelulusan, jika sebelumnya sebagai mahasiswa, maka hari itu saya sebagai orang tua. Tentu ini sangat berkesan. Apalagi upacara kelulusan putri saya bukan di Indonesia, namun di negeri sakura. Saya sangat bersemangat, selain karena ini hari yang membahagiakan untuk kami sekeluarga, saya pun jadi tahu seperti apa sih bentuk seremoni upacara kelulusan di Jepang. Dan benar, di hari itu saya mendapat satu poin berharga tentang pendidikan di negeri sakura, yaitu sampaikan inspirasi.
Upacara kelulusan TK di Igaya Youchien sudah seperti kelulusan di Universitas. Rule yang harus kami taati cukup banyak. Diantaranya, tempat duduk siswa dan orang tua yang sudah diatur, dilarang mengambil foto serta video dengan berdiri, dilarang bertepuk tangan hingga seluruh rangkaian acara selesai, jika satu kali keluar ruangan saat acara berlangsung maka dilarang untuk kembali memasuki ruangan upacara kelulusan hingga aturan busana resmi yang harus dikenakan oleh siswa dan orang tua. Hal ini bukan tanpa alasan. Tempat duduk yang sudah diatur memudahkan guru dan siswa untuk tertib. Mengambil gambar dengan duduk, meminimalisir perasaan terganggu dan mengganggu orang lain. Dilarang bertepuk tangan hingga rangkaian acara berakhir dimaksudkan untuk memberi apresiasi dengan sepenuh hati di akhir acara. Karena setiap siswa wajib menyampaikan kesan pesan singkat selama di sekolah, jika tepuk tangan diberikan sejak awal, maka ketika siswa terakhir memberi kesan pesan, kemungkinan orang tua dan siswa akan lelah, dikhawatirkan tepuk tangan kian lemah dan tak bertenaga. Tentu ini mempengaruhi mental siswa dan perasaan orang tua siswa terakhir yang tampil. Ya, semuanya sudah diperhitungkan dengan detail.
Momen paling berkesan bagi saya di acara tersebut ada dua, yang pertama tentu saat Kumiko chan menerima ijazah tamat TK dan menyampaikan kesan pesannya dengan bahasa Jepang. Saya tentu bangga, dalam waktu sekitar satu tahun, Kumiko chan yang awalnya tidak kenal sama sekali dengan bahasa Jepang, mampu berbicara dengan lancar dan memiliki banyak teman.
Sedangkan momen kedua adalah saat Sang Kepala Sekolah, Encho Sensei menyampaikan sambutannya. Benar-benar sambutan yang berisi: sampaikan inspirasi. Berbeda dengan sambutan yang biasa saya temui di dunia pendidikan yang penuh dengan prestasi akademik. Encho Sensei bercerita tentang kebanggaannya dengan mental dan sikap anak didiknya. “Anak-anak di sekolah ini sudah berhasil tumbuh jadi pribadi yang luar biasa. Dulu, saat pertama kali mereka masuk sekolah, mereka masih malu. Namun seiring waktu, mereka perlahan namun pasti selalu ceria ketika datang ke sekolah. Bagi kami, keceriaan mereka adalah hal tak ternilai.
**
Anak-anak juga belajar empati. Di Undokai (Hari Olah Raga) saat lari estafet, ada salah satu siswa yang terjatuh hingga menangis. Rekan yang lain dengan sportif mendatanginya dan mengatakan, “Kamu tidak apa-apa?” Tissue pun diulurkan. Dan yang luar biasa. Anak yang menangis tadi itu bangkit dan menyelesaikan larinya hingga garis finish meski dia menangis dan tahu bakal kalah. Sedangkan teman-teman yang lain menyemangatinya.
**
Ketika festival drama, ada salah satu siswa yang tidak masuk sekolah satu minggu karena influenza (kebetulan yang sakit ini putri saya). Rekan-rekan yang lain khawatir, bahwa dialog drama anak tersebut tidak bisa dihapalkan, busana drama juga belum diselesaikan. Akhirnya mereka semua bersama-sama membantu menyelesaikan busana dan mengatur skrip naskah drama sehingga mudah dihapalkan oleh anak yang sakit itu.
**
Empati itu bukan hanya dengan sesama. Namun pada kami, guru mereka. Pernah suatu saat, salah seorang guru kelas kerepotan karena wakil nya tidak bisa hadir di sekolah. Siswa seakan langsung mengerti bahwa sang guru butuh bantuan. “Sensei… daijobu?” (Sensei tidak apa-apa? Apa yang bisa kami bantu?). Ya… mereka masih TK tapi mental mereka sudah dewasa.
Banyak orang tua siswa yang meneteskan air mata mendengar sambutan dari Kepala Sekolah. Demikian juga dengan istri saya. Menangis karena bangga dan bahagia. Acara kelulusan ini ditutup dengan berfoto bersama dengan semua sensei serta saling bertukar hadiah kenang-kenangan.
Sampaikan inspirasi, inilah satu poin penting yang bisa saya ambil dari upacara kelulusan ini. Keberhasilan pendidikan bukan sekedar deretan nilai 8 dan 9 yang memenuhi rapor, namun berhasilnya menumbuhkan cinta terhadap sekolah, empati antar teman, kedewasaan berpikir dan kerja sama untuk kebaikan. Kepribadian yang baik, akan berpengaruh besar bagi keluarga, dan sekup yang lebih besar berpengaruh untuk negara.
Semoga tulisan ini menginspirasi Anda untuk memberi pendidikan terbaik bagi keluarga Anda.
Salam Amazing.