Pertunjukan Drama TK Igaya
Biasanya Anda akan membaca tips presentasi dan desain slide di blog saya ini. Namun, khusus hari ini, saya ingin sharing tentang pengalaman saya di sini, Kota Kariya, Jepang. Hari Sabtu, biasanya TK Igaya (Igaya Yoichien) tempat putri saya bersekolah libur. Namun 7 Februari 2015 kemarin, putri saya dan rekan-rekan satu sekolahnya masuk. Ada yang istimewa di hari itu. Ada pertunjukan drama TK Igaya yang melibatkan semua civitas sekolah. Saya hadir di dalamnya, karena putri saya juga ikut tampil di dalam drama.
Selama seminggu sebelumnya, putri saya Mbak Nada Kumiko terpaksa harus istirahat total akibat terkena influenza. Saya agak khawatir apakah Mbak nada masih ingat dialog yang harus dia ucapkan. Namun kekhawatiran saya sirna, karena selama satu minggu penuh, setiap malam Mbak Kumiko terus berlatih dengan menghapalkan dialognya di hadapan saya dan istri, meski sambil istirahat di bawah selimut melawan suhu minus musim dingin. I love you Mbak nada, abi bangga padamu.
Sebelum terkena influenza Mbak Nada Kumiko pun bercerita, bahwa dia dan semua rekan satu kelasnya mengerjakan properti drama bersama-sama. Ini anak TK lho ya, bukan SMA, bukan mahasiswa. Pakaian drama mereka rancang sendiri. Bangunan rumah, topeng, senjata mainan, hingga hiasan panggung juga mereka desain bersama-sama wali kelas, Emi Sensei. Mereka diajari mandiri. Siswa-siswi TK pun dilarang memakai hiasan apapun, anting saja dilarang, karena khawatir membahayakan diri siswa dan menjadikan mereka tertarik untuk bersolek, padahal usia mereka masih sangat kecil. Berbeda dengan pertunjukan drama yang selama ini saya lihat di tanah air, dimana properti seringkali disewa dengan hiasan make up yang tebal.
Kembali ke pertunjukan drama. Suasana akrab dan sederhana tampak jelas di dalam pertunjukan drama TK Igaya. Orang tua duduk lesehan, dan tertib dalam menonton pertunjukan. Ada 4 kelas yang menampilkan drama. Saya sempat ragu, apa ruangan aula ini cukup menampung orang tua siswa dan para guru yang melihat. Ternyata saya salah, kedewasaan orang tua siswa luar biasa. Setiap kali orang tua dari salah satu kelas selesai melihat pertunjukan putra putri mereka, orang tua tersebut mundur untuk mempersilakan orang tua kelas lain maju ke depan panggung supaya bisa melihat pertunjukan putra-putrinya lebih jelas. Kesan “uyel-uyelan” tak tampak sedikitpun.
Setiap akan memulai pertunjukan, masing-masing wali kelas maju untuk menceritakan proses pembuatan drama, semangat anak-anak dalam berlatih dan kerja keras mereka dalam menyelesaikan properti drama. Mahalnya proses. Lagi-lagi proses yang diungkap disini. Bukan hasil. Bukan rewards. Inilah yang membuat saya dan semua orang tua siswa TK Igaya bangga terhadap putra-putri mereka saat menampilkan drama. Apapun hasilnya.
Kumiko chan dan teman-teman satu kelasnya sendiri menampilkan drama ttg Yamamba, monster gunung yang ingin memangsa anak-anak kecil. Mirip kisah Timun Mas. Pertunjukan drama TK Igaya, khususnya kelas Nada Kumiko cukup singkat, sekitar 20 menit, namun persiapan yang harus dilakukan butuh waktu sekitar 1 bulan. Masa persiapan yang panjang ini terbayar tuntas dengan aplaus meriah dan antusiasme dari orang tua siswa.
Setelah pertunjukan, Emi sensei memberikan hadiah pensil kepada masing-masing siswa, karena kerja keras mereka yang luar biasa dalam mensukseskan drama. Pensil, ya pensil.. hadiah yang sangat sederhana. Mungkin nilainya tak sebanding dengan kerja keras Mbak Nada dan teman-teman satu kelasnya. Namun yang lebih bernilai dari itu semua adalah pengalaman hidup yang diajarkan di sekolah, tentang kesungguhan dalam berlatih, kemandirian dalam mempersiapkan apapun hingga kebanggaan yang terbangun dalam diri orang tua akan hebatnya sang buah hati. Karena itu jugalah artikel ini saya tulis. Seusai pertunjukan drama TK Igaya, saya makin bangga dan makin cinta dengan Mbak Nada Kumiko.
Terima kasih ya sayang, kau sudah memberikan yang terbaik untuk Abi dan Mama.
I love you Mbak Kumiko.
Salam Amazing.