Obati yang Sakit
Hari ini saya berkunjung ke Rumah Sakit RKZ, di daerah jalan Diponegoro Surabaya. Saya menjenguk Paman yang sedang sakit dan opname disana. Dua hari Paman terbaring lemah, namun hingga saat ini penyebab sakitnya tak kunjung ditemukan. Kata Dokter, “Andai kami bisa menemukan penyakitnya, pasti akan kami obati secepatnya.”
Dalam waktu singkat itu, sudah jutaan rupiah yang dikeluarkan oleh keluarga beliau. Namun, karena penyakitnya belum bisa diidentifikasi, keluarga Paman harus lebih bersabar. Di sisi lain ada sejumlah tetangga yang ikut-ikut “ngerasani” penyakit beliau. Ada yang menyalahkan pola hidup Paman. Ada pula yang mengkaitkan penyakit Paman dengan harta warisan. Aduh…, seakan-akan Paman-lah yang bersalah. Dan akibat perbuatannya di masa lalu. Saat ini beliau ibaratnya sedang menanggung kesalahannya.
Bagi saya, sekarang bukanlah saatnya yang tepat untuk menggunjing orang yang sedang ditimpa musibah seperti Paman. Namun seharusnya, siapapun orang yang sakit, kita harus membantu dan mendoakannya supaya diberi kesembuhan. Apapun masa lalunya. Kita tidak bisa menilai orang dari masa lalu, karena waktu mampu mengubah manusia. Bisa jadi dahulu hidupnya ibarat “batubara”, namun karena ujian hidup sekarang dia pribadinya menjadi “permata”. Manusia adalah makhluk yang dinamis, bukan statis. Dirinya bisa berubah, dan mudah-mudahan Paman lekas sembuh dan mengubah karakternya ke arah yang lebih baik.
Hari ini saya mendapat pelajaran berharga tentang sakit dan orang yang mengalaminya. Menurut saya, membicarakan tentang siapa yang sakit tidaklah penting. Yang penting adalah menganalisa penyakitnya, membantu sekuat tenaga dan berupaya menyembuhkannya. Apapaun bentuk sakitnya, saya kira inilah yang harus kita lakukan.
Contohnya, ketika demo penolakan kenaikan BBM marak dan berujung ke anarkisme, membicarakan tentang siapa yang demo tidaklah penting. Namun yang lebih penting adalah analisa mengapa mereka demo. Masyarakat kita sedang sakit, harga bahan pokok yang mahal, kebutuhan yang sulit terjangkau dan sebagainya. Naiknya BBM ibarat penyakit baru yang muncul, dan menambah komplikasi penyakit di masyarakat makin keruh. Inilah sebabnya dan harus diobati segera. Ingat, penyakit juga tak akan sembuh dengan membicarakan penderitanya.
Kata rekan saya yang bekerja di perusahaan minyak, sebenarnya Indonesia negeri kaya. Asal minyak dan hasil bumi dikelola pemerintah (negara). Sayangnya hampir semua sumber daya alam negeri kita dikelola asing. Ibarat masyarakat kita sulit menanam di ladangnya sendiri. Bagi saya inilah sumber dari segala penyakit yang terjadi saat ini. Jika ingin sembuh, maka semua elemen negeri harus berhenti saling menyalahkan. Saatnya mengembalikan semua potensi negeri kita ke tangan sendiri. Kita bisa mengelolanya, karena saya yakin, dari ratusan juta penduduk negeri ini, potensi kecerdasan itu ada dan saya yakin negeri kita bisa.
Jadi, mulai sekarang berhenti membicarakan siapa yang sakit, mengkait-kaitkan kesalahan orang dengan penyakitnya saat ini. Yang harus dilakukan adalah menganalisa, dan mengobati penyakit yang ada.
Salam Amazing.