Kami telah Memegang Bunga Sakura (2)
Perjalanan 6 jam di dalam pesawat hampir tak terasa, karena Mbak Nada dan Mas Isam menghabiskan waktu 5 jamnya dengan tidur di pangkuan saya. Saya pun sempat terlelap, meski hampir tiap 15 menit saya terbangun untuk melihat keadaan buah hati.
Pukul 7 pagi, pilot memberitahu bahwa pesawat akan segera landing lebih cepat dari jadwal. Perasaan saya makin tak menentu, gembira sekaligus gugup karena mau bertemu dengan belahan jiwa saya, istri tercinta. Seperti anak SMA yang akan bertemu cinta pertamanya (#eeaa). Saya pun segera membangunkan Nada dan Isam kemudian mengajak mereka berdua untuk ke kamar mandi, cuci muka dan membersihkan diri.
Pukul 7.40 waktu Nagoya, kami pun mendarat di bandara Chubu, sambil menggandeng buah hati, saya pun tertegun melihat sekeliling saya. Ada yang berbeda, selain bangunan-nya, para pekerja bandara pun tampak lain penampilannya. Hampir semua petugasnya berpakaian lengkap, mulai dari helm, masker, sepatu boot hingga jaket fluorescence. Rupanya memang keamanan jadi nomor 1 disini.
Hawa sejuk pun menusuk mengiringi perjalanan kami masuk ke ruang terminal, semua pun menjadi hangat ketika kami berada di dalamnya. Isam mengajak saya untuk ke kamar mandi, dan ketika masuk, betapa terkejutnya saya melihat kamar mandi yang bersih, canggih (mirip seperti di film Cars-2). Bahkan ada kamar mandi khusus untuk penyandang cacat, pembawa bayi dan orang tua. Benar-benar beda. Petugas bandara pun terkesan ramah. Kesan yang sangat menyenangkan bagi saya. Apalagi Nada dan Isam masih tetap dengan kebiasaannya, guling-guling di karpet hehe.
Akhirnya saat yang dinanti pun tiba, istri saya pun menyambut di pintu kedatangan bandara. Segera dia pun memeluk Nada dan Isam yang berlari dan memanggilnya, “Mama….”. Saya sempat melihat mata istri saya berkaca-kaca ketika memeluk putra-putrinya. Tak terasa mata saya pun menghangat, sambil memeluk semua anggota keluarga saya, perasaan kangen, cinta, haru, gembira campur aduk jadi satu. Sungguh ini anugerah Tuhan yang luar biasa. Alhamdulillah.
Perjalanan kami pun berlanjut menuju apartemen kampus Aichi, dengan naik kereta yang selama ini hanya saya afirmasi dalam doa dan mimpi. Bunga sakura mekar menyambut kedatangan kami, persis seperti perkataan istri saya beberapa tahun yang lalu. Kami turun di stasiun Ciryu dan berlanjut dengan bus ke universitas Aichi. Sesampai disana, saya pun tertegun merlihat deretan bunga sakura yang berada di sepanjang jalan kampus, saya pun memetik salah satunya, ya kami telah memegang bunga sakura.
Sepanjang iringan langkah kaki ini, tak henti-hentinya saya mengucap syukur pada Illahi, satu per satu impian saya terwujud dan tinggal selangkah lagi, saya bisa bertemu dengan Garr Reynolds untuk meraih impian jadi trainer kelas dunia.
Ya, kami telah memegang bunga sakura.