BLOG

Emosi atau Suara Hati

Selama 2 minggu ini saya berada di Jakarta. Mulai tanggal 20 Januari hingga 31 Januari 2016. Saya di Jakarta karena event Amazing Slide di PT. Chang Shin Karawang (21-22 Januari), Amazing Slide Presentation public class batch 26 di Hotel Diradja Tendean (23-24 Januari) dan Workshop Infografis di Bappenas (26-27 Januari). Setelah mengisi training dengan durasi yang cukup padat, saatnya saya menjadi peserta training ESQ executive class bersama Pak Ary Ginanjar di menara 165 tanggal 29-31 Januari 2016. Saya menulis artikel ini di hari kedua training ESQ, karena saya ingin berbagi sebuah pengetahuan baru yang saya peroleh dari training tersebut.

Hari pertama ESQ fokus untuk menyelami diri. Lebih memahami diri. Lebih mampu mengendalikan diri. Untuk lebih mampu mengendalikan diri, maka kita harus mengutamakan suara hati dibanding emosi. Ya…, antara emosi atau suara hati. Misalnya, jika kita dikhianati orang dalam bisnis, apa yang harus kita lakukan? Marah, kecewa, atau segera memperbaiki bisnis kita lagi? Mungkin sebagian besar dari kita menganggap marah dan kecewa itu lumrah atau manusiawi, namun jangan sampai marah atau kekecewaan kita itu kemudian sangat dominan sehingga menutupi langkah kita untuk kembali lagi menata bisnis.

Ya… antara emosi atau suara hati. Kejujuran itu suara hati. Kebenaran itu suara hati. Tanggung jawab itu suara hati. Sedangkan sedih ataupun gembira, itu adalah emosi. Emosi itu wujud ekspresi. Penampakan ekspresi sendiri ada yang positif seperti ceria, gembira, tenang, menikmati suasana dan sebagainya. Sedangkan emosi yang negatif seperti cemberut, negatif thinking dan jengkel juga merupakan wujud ekspresi manusia.

Emosi adalah akibat dari suara hati. Suara hati adalah sebab. Oleh karena itu alangkah lebih mulianya kita jika lebih mengutamakan suara hati daripada emosi. Dan, mengutamakan emosi-emosi positif daripada emosi negatif. Mengapa? Karena biasanya dampak lebih lama jangka waktunya dibandingkan sebab. Jika kita mengutamakan emosi negatif, maka bisa jadi perasaan negatif pun akan terus terbawa sepanjang hari. Hal yang sama juga bisa terjadi jika kita meluapkan emosi positif. Kegembiraan dan keceriaan akan mewarnai hari.

Dari sinilah saya memahami, orang-orang sukses lebih mengutamakan suara hati dan mengungkapkan emosi positif dibanding negatif. Orang-orang yang bekerja dengan passionnya, mendengar suara hatinya, menyukai profesinya dan berakibat pada meningkatnya produktifitas kerja. Jadi…, jelaslah sudah, apa-apa yang akan kita pilih antara emosi dan suara hati.

Salam Amazing.

TAGS > , , , , , , , , , , , ,

Post a comment