Dibalik Penyesalan Saya
Seharusnya setiap Jumat, saya akan berbagi slide presentasi. Namun khusus Jumat ini, saya ingin berbagi dengan Anda tentang introspeksi diri.
Di tengah malam, seringkali saya merenung. Ternyata sudah lebih dari 30 tahun hidup saya berlalu. Telah banyak hal yang saya lalui. Tak jarang saya meneteskan air mata, dan terkadang saya tersenyum dengan segala nikmat yang sudah saya peroleh.
Penyesalan selalu berada di akhir, ketika sebuah peristiwa telah dilalui. Namun bisa jadi dibalik setiap penyesalan akan selalu ada hikmah yang mampu menjadi pelajaran berharga untuk meneruskan hidup, lebih kuat, lebih hebat dan lebih sukses dari sebelumnya.
Saya pernah menyesal, mengapa dulu saya menikah muda. Andai saya menikah dalam usia dewasa sebagai seorang laki-laki sekitar 29 tahun, pasti modal dan profesi saya kian mapan. orang tua dan mertua akan langsung mengiyakan tanggal pernikahan. Resepsi akan besar-besaran. Banyak sanak saudara yang datang. Semua akan tercukupi, jika saya mau bersedia menunda nikah di usia muda. Faktanya, penghasilan saya dulu hanya sekitar 600 ribu per bulan. Dengan gaji minim. Saya menikah.
Namun ternyata ini semua ada maksudnya, saya bersyukur karena mendapat pendamping hidup yang sangat mulia. Dia memahami kondisi dan keadaan saya. Istri saya-lah penguat hati ketika bisnis saya terpuruk. Pemoles senyum di saat saya meneteskan air mata karena dikhianati rekan kerja. Dan pemberi nasihat bijak ketika saya menghadapi berbagai problema. Saya pun menyadari, belum tentu saya bisa memperoleh pendamping sesempurna dirinya ketika saya menunda pernikahan saya di usia muda.
Saya juga pernah menyesal, mengapa saya tidak mulai serius menjadi pengusaha di usia muda, waktu SMA misalnya. Andaikata saya serius dari dulu, tentu akan lebih banyak orang yang saya bantu. Akan lebih banyak dampak positif yang bisa saya berikan. Daripada saya memulai beberapa waktu lalu. Itulah yang ada di benak saya. Selepas kuliah, saya malah memilih menjajakan ijazah daripada keahlian saya. Saya memilih menjadi karyawan dengan alasan mencari kepastian rezeki, pasti digaji pada tanggal muda. Saya pasti mendapat gaji antara 1 hingga 1,5 juta per bulan. Bagi saya gaji sebesar itu lumayan, namun ternyata pergaulan saya dengan komunitas pengusaha membuat semua jadi berbeda
Dibalik keterlambatan saya menjadi pengusaha, saya justru bersyukur. Mengapa? Di saat menjadi karyawan, saya mengerti bahwa menjadi orang kecil selalu kalah di berbagai bidang meskipun dia benar. Maka keinginan saya sekarang adalah menjadi orang besar yang membantu orang-orang kecil. Selain itu, setelah menjadi karyawan, saya benar-benar mengerti bahwa tidak ada satupun profesi yang benar-benar menjamin keamanan penghasilan kita. Yang menjamin pekerjaan kita aman adalah skill dan kinerja, bukan perusahaan tempat kita bekerja. Apalagi ketika menjadi pengusaha, saya sudah memiliki keluarga. Hal ini membuat saya kerja keras lebih ekstra untuk menggerakkan usaha saya. Mulailah langkah menjadi pengusaha tidak lebih dari 1 tahun dari sekarang. Alhamdulillah omsetnya sudah puluhan juta setiap bulannya. Maha Suci Tuhan.
Dua penyesalan di atas adalah contoh kecil apa-apa yang saya renungkan tiap malam. Saya mulai memahami, ketika kita merasa ada yang salah dengan masa lalu kita, ternyata Tuhan memberi jawaban dengan memberikan hikmah yang manfaatnya bisa dirasakan jauh lebih besar saat ini. Skenario yang Tuhan buat sudah menunjukkan Maha Besarnya Dia terhadap hidup manusia. Tidak ada yang salah dalam perjalanan hidup kita, karena itu semua hasil pilihan kita. Yang salah adalah pemahaman kita tentang berjalannya kehidupan, akhirnya jadi salah pilih.
Setiap hal pasti ada hikmahnya.
Masa lalu adalah sejarah, masa depan adalah misteri dan hari ini adalah karunia. Jadikan sejarah sebagai modal dan pengalaman. Manfaatkan karunia dengan optimal dan sebaik mungkin. Serta rangkailah misteri masa depan dengan memberbanyak aktifitas positif. Semoga Tuhan selalu membimbing kita. Aamiin.
Salam Amazing.