Bisnis Keluarga
Ketika berada di Shiga, saya sempat menghabiskan waktu dua hari bersama dengan Pak Rustono, pengusaha tempe asal Indonesia yang sukses di Jepang. Saya banyak belajar tentang bagaimana mengelola bisnis dari beliau. Salah satunya adalah bagaimana beliau melibatkan istri dan kedua anaknya untuk membantu usahanya. Inilah bisnis keluarga. Salah satu pesan beliau yang sampai sekarang tak pernah saya luap adalah, “Ikut sertakan keluargamu dalam bisnismu nanti Mas Dhony akan tahu bagaimana nikmatnya.”
Itulah yang coba saya rintis saat ini. Semenjak 2013, saya mencoba membangun perusahaan Kreasi Presentasi dengan asas kekeluargaan. Saya libatkan orang-orang terdekat dalam hidup saya, termasuk istri saya. Bagi saya, bantuan dari istri untuk mengelola Kreasi presentasi begitu berarti. Apalagi semenjak dirinya pensiun dini dari Pegawai Negeri Sipil, menjadikan istri saya benar-benar mencurahkan pikiran dan tenaganya untuk perusahaan.
Sejak pagi, saya melihatnya serius memanage administrasi sekaligus keuangan di kantor kecil kami. Tak jarang interaksi dengan klien pun dia tangani sendiri. Dengan sabar dan telaten, istri saya mendengarkan berbagai permintaan dan negosiasi dari klien. Ada yang sederhana, hingga yang meminta administrasi yang cukup rumit. Saya pun merasa tak sanggup jika harus berinteraksi dengan keinginan klien yang bermacam-macam. Oleh istri saya, permintaan klien tersebut dijadikan schedule training Kreasi Presentasi. Administrasi kemudian diteruskan ke staf kami untuk diproses dalam bentuk proposal dan surat penawaran. Dirinya pun mengontak tim Kreasi Presentasi yang berada di berbagai daerah untuk mempersiapkan segala keperluan training yang akan berlangsung.
Di kala malam, saat putra-putri kami tertidur, istri saya pun tak segan untuk menyelesaikan schedule perusahaan yang harus dituntaskan hari itu juga. Maklum, sebagai entrepreneur, tidak ada batas waktu untuk deadline. Batas waktu, kita sendirilah yang menentukan, jika tidak sekarang, maka esok pekerjaan akan makin banyak, kian menumpuk. Ya, deadline harus kita buat sendiri, kita harus terus membangun kesadaran diri.
Saya sempat bertanya pada istri saya, “Say…, apa dirimu merasa tertekan atau enjoy dengan bisnis keluarga yang sdang kita bangun sekarang? Jam kerjanya tak tentu. Melebihi jam kerjamu saat jadi PNS. Bagaimana?” Tanpa saya duga istri saya mengatakan, “Tahu ga Mas… hari apa yang paling aku tunggu… Hari Senin sampai Jumat.. kala klien satu per satu menelpon kita. Saat aku berinteraksi dengan mereka via WA. Saat menegosiasikan permintaan training yang banyak permintaan. Saat membuat jadwal shedule untuk Kreasi Presentasi. Hari-hari inilah yang selalu aku tunggu.” Alhamdulillah, jawaban dari istri saya melegakan hati. Saya sekarang mengerti apa maksud Pak Rusto tentang nikmatnya bisnis keluarga. Suami dan istri saling support karena masing-masing tahu bagaimana lelahnya bekerja. Tak perlu merasa suami atau istri yang paling capek. Keduanya sama mengerti dan memahami. Waktu untuk keluarga jadi kian fleksibel karena pengaturan jadwal kerja kitalah yang menentukan.
Terima kasih istriku atas semua supportmu. Hanyalah Tuhan yang mampu membalas dengan kemuliaan dan kebahagiaan sejati. Sedangkan diriku hanyalah berusaha untuk selalu mendampingimu, menyayangimu dan memberikan apa-apa yang aku mampu. Semoga kebaikan bisnis keluarga ini terus menaungi keluarga kecil kita dan makin menyempurnakan cinta kita pada-Nya.
Aamiin.