Sedekah Itu Ajaib, Saya Buktinya
Hari ini saya mau berbagi tentang sedekah. Memang sudah banyak artikel maupun buku yang mengulasnya. Namun bedanya, sedekah yang saya bahas kali ini terjadi dalam hidup saya. Dan saya merasa ini benar-benar ajaib. Tuhan selalu menepati janjinya, tinggal kita, yakin atau tidak. Bagaimana kisahnya?
Kurang lebih 3 bulan lalu saya dan keluarga pindah ke Krian, Sidoarjo. Karena istri saya diterima sebagai salah satu guru di SMAN Sidoarjo. Beberapa waktu sebelum saya pindah ke daerah tersebut, istri saya sering jatuh sakit, karena jauhnya jarak rumah kami di Surabaya dan Krian. Daripada terus menerus dirundung kesedihan dan rasa sakit. Akhirnya saya memutuskan untuk pindah ke Krian.
Memang, ini mengubah rencana ke depan kami yang ingin tetap tinggal di Surabaya. Membeli rumah di Surabaya, karena aktivitas kami pun di Surabaya. Namun demi menjaga kesehatan dan kebahagiaan keluarga, keputusan ini kami ambil. Terus terang di Sidoarjo, kami harus memulai lagi segalanya hampir dari nol, mulai dari mengontrak rumah, membuka lahan bisnis, mencari jaringan dan konsumen, hingga adaptasi keluarga dengan lingkungan.
Kami sekeluarga tidak ingin terus-terusan mengontrak. Kami langsung ingin memiliki rumah. Hanya saja setelah saya dan istri berkeliling di Krian, terus terang tidak banyak perumahan yang sesuai dengan harapan kami. Dari sekian banyak pilihan, ada satu perumahan yang memikat hati, terus terang karena perumahan tersebut terkenal terbaik di Krian, dari segi bangunan, lingkungan maupun pengelolaannya. Ketika kami menghampiri developer untuk menanyakan harga rumah disana, memang standar, sekitar 250 sampai 300 jutaan. Meski adapula yang hampir 1 M. Hanya saja untuk rumah standar, uang mukanya sangat tinggi. Lebih dari 45 juta rupiah. Padahal kami baru saja pindah, dan merintis kembali segalanya dari awal.
Saya sempat merenung beberapa malam, saya buka twit orang-orang yang saya percaya. Salah satunya adalah Ust. Anwar Sani, rekan saya di I2move dan pimpinan PPPA Darul Qur’an. Salah satu twitnya tertulis, “Jika ingin Tuhan segera mengabulkan keinginan, sedekahkan harta Anda yang paling berharga.” Saya kemudian berpikir, apa ya.., harta saya yang paling berharga. Langsung benak saya menuju ke motor yang sangat berkenang di hati. Motor itu bisa saya beli dengan gaji pertama saya. Saya masih ingat ketika Ibu membawa motor itu ke tempat Nenek, dan berkata, “Ini Dhony sendiri yang beli. Saya tidak ikut-ikut membiayai.” Ya, motor itu punya nilai historis bagi saya.
Saya kemudian menemui istri dan berkata, “Say, mau ga, punya rumah, murah dan cepet?”, Istri saya menjawab, “Ya mau lah Mas, memang gimana caranya?”
“Yuk, kita sedekahin motor.” Istri saya tampak terkejut dengan ucapan saya. Namun setelah saya menjelaskan mengapa saya mengatakan hal itu, dia pun tersenyum dan menganggukkan kepala, tanda setuju. Orang yang kami tuju adalah Ibu, karena kami yakin, doa terbaik bagi seorang anak, adalah doa sang Ibu.
Tidak menunggu lama, keesokan harinya, saya pergi ke rumah Ibu, dan menyerahkan kunci motor, STNK dan BPKB, sambil mencium tangan Ibu saya, saya mengatakan, “Ma… doain anakmu ini segera punya rumah sendiri dalam bulan ini ya Ma...”. Dengan mengusap kepala saya dan nada suara bergetar, Ibu saya mengatakan, “Mama selalu mendoakan kamu Nak. Tuhan akan ngasih yang terbaik. Mama yakin. Terima kasih motornya.”
Seminggu, dua minggu dan hampir sebulan berlalu sejak saya bersedekah motor. Namun belum ada tanda-tanda keajaiban. Hingga suatu hari, sebelum hari ke 30, pihak developer menghubungi saya dan mengatakan, “Pak, ada stok rumah lama, tapi sudah ikut harga baru. Kenapa ikut yang baru, karena bangunannya masih kokoh. Mungkin butuh renovasi sebentar sekitar beberapa minggu, dan langsung bisa ditempati.”
Saya pun menjawab, “Mbak…, keluarga kami memang sangat berminat, tapi terus terang sekarang kami masih merintis bisnis dari awal. Jadi modal kami juga terbagi ke bisnis. Kalau langsung diminta DP 40 juta, memang kami bisa mengusahakan. Tapi sekarang masih belum stabil kondisi keuangan kami.”
Sang marketing menjawab, “Pak, kami tidak meminta 40 juta atau lebih, cukup 4 juta saja sebagai DP. Semua biaya lain sudah free. Setelah DP 4 juta, bapak langsung nyicil rumah per bulannya.” Saya tidak percaya, saya meminta marketing itu berkali-kali mengulang ucapan yang baru saja diutarakan.
Dan memang benar, semuanya free, mulai dari KPR, BPHTP, biaya realisasi dan sebagainya. Keluarga kami hanya membayar 4 juta, ya.., hanya 4 juta dari DP rumah yang seharusnya hampir menyentuh angka 50 juta. Angsuran per bulannya pun insya Allah sangat terjangkau. Mana ada rumah dengan DP 4 juta? Saya menjawab, ada, yaitu rumah yang dibeli dengan sedekah di awalnya. Saya pun langsung bersujud syukur. Terima kasih ya Allah. Satu lagi impian kami terwujud. Saya yakin, Allah mewujudkan doa kami, karena kami percaya bahwa sedekah akan kembali dengan berlipat ganda.
Jumat ini, kami sekeluarga akan ke notaris untuk penandatanganan surat perjanjian.
Terima kasih Ust. Anwar Sani.
(Target selanjutnya, sedekah mobil… Amin). Mohon doanya.
Salam Amazing.