BLOG

Jangan Terlalu Cepat Menilai

Tidak lama kemudian Nada dan Isam (adiknya) pun tertidur. Mungkin karena kecapekan. Setelah seharian tidak tidur siang, bermain bola di halaman rumah, hingga berlari-lari di masjid. Saya kembali menghadap komputer, menarikan jari saya di keyboard untuk menuliskan inspirasi. Di waktu itulah istri saya masuk ke ruangan dan memperlihatkan buku mengaji milik Nada. Dia membuka halaman pertama. “Mas…, Mbak Nada tadi belajar lho..” Di halam itu tampak tulisan Nada mengikuti garis putus-putus huruf Alif, dan fatkhah.

Berarti tadi Nada ga bohong Mas…, dia memang sudah belajar…, Umi juga salah, Umi menilai Nada tidak taat pada Ustadzahnya, padahal seharusnya Umi tahu, sifat Nada selalu cepat bosan. Masih ingat kan ketika di supermarket, ketika Nada sudah menemukan kue, eskrim atau apapun yang dia mau, pasti dia langsung minta pulang. Sama Mas dengan kejadian hari ini. Rupanya Nada terlalu cepat menulis dibanding rekan-rekannya yang lain. Dia bosan di dalam kelas, akhirnya dia keluar dan belajar dengan caranya sendiri. Ya… dengan berlari-lari. Nada tidak nakal Mas, tapi dia anak yang pintar…, sangat pintar, lebih dari rekan-rekannya yang lain.”

Sontak ini tamparan keras bagi saya. Ya Allah, maafkan Abimu Nak, yang terlalu cepat menilai.

Pages: 1 2

TAGS > , , , , , , ,

Post a comment