Hidup Kita Milik Siapa?
Ahad kemarin, Om saya akhirnya berpulang kepada Allah. Setelah lebih dari 2 minggu bergelut dengan sakit. Istri saya cukup terpukul, karena Om dianggap sebagai Ayah angkatnya sendiri. Om dan istri-lah yang membiayai sekolah istri saya ketika SMA. Selain itu istri Om sering sakit-sakitan. Hal ini membuat istri saya sangat sedih. Kami berdua pun mengiringi pemakaman Om, hingga ke liang lahat. Dari pengalaman dan perenungan selama berada di rumah Om, tulisan ini coba saya bagi dengan Anda.
Ada orang bijak yang mengatakan, the past is a history, the future is a mistery and today is a gift (masa lalu adalah sejarah, masa depan adalah misteri sedangkan saat ini adalah pemberian terbaik). Memang benar, hari ini adalah pemberian terbaik untuk kita. Saat ini kita bisa menentukan masa depan dengan belajar dari masa lalu. Jika di masa lalu kita melakukan banyak kesalahan, anggaplah hidup kita seperti sebuah buku. Halamannya adalah hari-hari yang Anda lalui, Jika kita berbuat salah di masa lalu, segeralah untuk sadar. Belajarlah darri kesalahan Anda. Dan baliklah halaman Anda sehingga Anda bisa memulai lembaran yang baru.
Demikian pula jika Anda berbuat baik di masa lalu. Ibarat sebuah buku bacaan, Anda akan bosan jika tulisan yang ada di dalamnya stagnan dan tanpa alur yang makin menantang. Maka pertahankan perbuatan baik yang Anda lakukan. Kemudian tingkatkan. Tantang diri Anda untuk melakukan hal baru lebih dari kemarin. Dengan demikian, hidup Anda kian berwarna dan indah.
Hidup di dunia memang sementara, namun bukan berarti harus disiakan. Karena dalam kehidupan dunia inilah kita dituntut untuk bisa menjadi pemenang kehidupan dunia dengan meraih salah satu dari harta, kedudukan, cinta maupun ilmu, maupun keempat-empatnya. Meski demikian, di dunia ini pulalah kita harus memenangi kehidupan akhirat dengan membawa bekal yang mumpuni di kehidupan setelah dunia. Karena di akhirat tidak ada lagi persaingan, yang ada hanyalah pembalasan di surga untuk kebaikan atau di neraka untuk keburukan.
