BLOG

Sehari dengan ODHA

Jumat ini hari yang penuh berkah bagi saya dan istri. Setelah mendapat berita surat perjanjian penerbitan buku “4 Cermin Flora” sudah sampai ke rumah, kami pun bergegas ke rumah sakit Dr. Soetomo untuk menjenguk rekan. Tak disangka, di rumah sakit rekan saya sudah masuk ruang isolasi penyakit menular. Setiap pengunjung yang masuk, wajib mengenakan masker dan mensterilkan anggota tubuhnya. Penyakit apakah itu? (dalam hati saya pun bertanya-tanya).

Ternyata rekan kami masuk ke ruang isolasi pasien yang terkena penyakit HIV atau AIDS. Saya pun tersentak kaget. Tak saya duga rekan yang beberapa bulan lalu masih sehat, kini harus masuk ke ruang perawatan khusus dengan tubuh yang terbaring lemah. Apalagi penyakit yang diderita tampak seperti momok bagi sebagian besar masyarakat.

Saya dan istri memasuki ruangan dengan penuh ragu. Apakah aman ya? Rasa ini pun masih terbersit hingga saya menemui rekan saya di atas tempat tidur. Wajahnya sudah hampir tak saya kenali. Kulitnya tampak seperti terbakar. Menghitam. Bahkan ada beberapa bagian kulitnya yang terkelupas. Bibirnya kering dan seringkali mengeluarkan darah segar. Ya Rabb, lindungilah dia, sembuhkanlah.

Ya begini Mas keadaannya.” Saya dan istri kaget dengan suara seorang wanita di belakang kami. “Nama saya Rini, saya yang merawat beliau.” Wajahnya tampak asing bagi saya dan istri. Terus terang, saya tak pernah sekalipun bertemu Mbak Rini ketika bertamu ke rumah rekan saya. Sebelum habis rasa bertanya-tanya tentang Mbak Rini, istri saya mengajak keluar ruangan. Dia tidak sanggup melihat kondisi rekan saya dan beberapa pasien lain di ruangan tersebut dengan penyakit yang sama. “Mas, aku ga kuat…, ayo kita keluar. Perutku mual.” Saya pun mengajak istri saya keluar ruangan ditemani Mbak Rini.

Saya bukan saudarinya, saya pun bukan teman dekat beliau.” Ujar Mbak Rini membuka pembicaraan. Lalu siapakah dia? “Saya relawan Mas, saya pun menderita penyakit sama seperti rekan sampeyan.” Hah…,sama-sama ODHA (Orang Dengan HIV AIDS). “Lalu kenapa kondisi mbak berbeda dengan rekan saya? Mengapa mbak tampak sehat dan rekan saya terbaring lemah.”

Yang membedakan antara kami berdua adalah semangat hidup Mas.”

Saya pun pernah terbaring sakit seperti rekan sampeyan. Karena HIV AIDS. Tapi nasihat dari dokterlah yang membuat saya kuat. Dia mengatakan, kalau HIV itu menyerang kekebalan tubuh. Jadi, jika kekebalan tubuh makin lemah, penyakit gampang datang dan merajalela. Bagaimana kekebalan tubuh bisa melemah? Ada beberapa sebab, kelelahan, kurang gizi, berpikir terlalu berat dan menutup diri.”

Rekan sampeyan terlalu menutup diri, dia berpikir terlalu berat. Ini yang membuatnya kian lemah. Kalau saya sendiri…, saya bukannya tanpa beban. Saya tahu suatu saat Tuhan akan mengambil nyawa saya. Karena itulah saya jadi relawan. Banyak orang yang menjauhi kami.Tidak ada yang mau merawat keluarganya sendiri, karena terkena penyakit ini. Lalu siapa yang merawat orang-orang malang ini?  Ya, kami-kamilah yang merawat. Kami mempunyai rasa yang sama. Penyakit yang sama. Perjuangan hidup yang sama. Saya ingin sisa umur saya bermanfaat bagi sesama. Saya tahu, meski gaji ketika merawat tidak sebanding dengan pengabdian saya, tapi paling tidak, saya bisa tersenyum jika bertemu dengan Tuhan kelak. Karena saya telah berusaha menolong orang-orang yang terabai, bahkan oleh keluarga mereka sendiri.”

Saran saya, ajak rekan Mas untuk tersenyum. Buat dirinya rindu keluarga. Berilah makanan yang bergizi. Biasakan hidup bersih. Meski kesempatan sembuh itu kecil, namun hal-hal sederhana ini akan membuat dia bertahan hidup lebih lama, sama seperti saya. Banyak yang mengira saya sehat, padahal saya ODHA.”

Pages: 1 2

TAGS > , , , , ,

  • Riyadi Solichin

    Subhanallah, Walhamdulillah, wala ila ha Ilallah wallahuakbar,
    sangat terharu mas membacanya, ternyata diluar sana banyak orang yang masih kurang beruntung dari saya ya, sungguh tidak bersyukurnya diri ini yang telah diberikan semua dengan lengkap, baik keluarga, kesehatan dan teman,
    diri ini belum bisa seperti itu,
    saya kagum sama mas Dhony dan keluarga.

    Reply

Leave a Reply to Riyadi Solichin Cancel Reply