Impian yang Terlalu Tinggi
Beberapa waktu lalu saya bercengkrama dengan beberapa rekan di dunia maya. Diantara mereka ada yang mengeluh, bahwa impiannya untuk menjadi seorang penulis adalah keinginan yang terlalu tinggi. Terkesan muluk-muluk.
Berbagai alasan coba diungkapkan. Mulai dari usia yang tak lagi muda, susahnya belajar menulis, keluarga yang tidak harmonis, urusan bisnis yang menumpuk dan beberapa alasan lain yang dianggap logis dan cukup menghambat.
Hehe, saya mencoba untuk tidak menanggapi alasan tersebut, karena setiap manusia pasti memiliki masalah. Dan memang kehidupan tak pernah lepas dari problema. Tergantung bagaimana kita menghadapinya dan sejauh mana keluasan hati kita. Insya Allah tentang masalah dan kenikmatannya, akan saya bahas di lain waktu.
Kembali ke impian yang terlalu besar, memang ketika kita melihat seseorang yang telah berhasil, sukses, terkenal, atau jadi pusat perhatian, bisa jadi diri ini minder dan menganggap kesuksesan hanyalah sebuah angan-angan.
Ibarat gunung. Gunung terlalu besar untuk kita buat. Ukurannya terlalu agung untuk disusun dengan tangan manusia.
Ya benar. Gunung memang terlalu fantastis untuk disusun oleh dua buah tangan kita. Namun yang perlu kita sadari, gunung kesuksesan bukan gunung dalam arti benda dan wujud nyata. Akan tetapi gunung yang dimaksud disini adalah gunung kesuksesan dalam pemikiran kita. Sama dengan fakta yang ada, ketika gunung yang nyata terdiri dari batu-batu kecil. Gunung dalam pemikiran juga terdiri dari batu-batu kecil. Bedanya, batu-batu kecil penyusun gunung kesuksesan adalah ilmu, kesungguhan, keuletan, keseriusan, dan berbagai semangat posisitf yang lain.Tanpanya, kita tak akan mampu melihat tingginya kesuksesan.
Jadi tak ada salahnya kita mencoba menyusun batu-batu kecil di sebuah lahan, siapa tahu dengan keuletan dan kesungguhan, batuan yang telah kita susun menjadi sebuah gunung keberhasilan.