BLOG

Bermental Kaya bukan Terlihat Kaya

Selama hampir 10 tahun menjalani profesi sebagai trainer infografis dan videografis, saya telah bertemu dengan banyak orang. Banyak pula yang saya pelajari dari mereka. Ada yang positif, ada pula yang kurang berkenan. Ada yang semangat, ada pula yang ala kadarnya. Itulah manusia. Tak ada yang sama. Meski demikian ketika ditanya, apakah Anda ingin kaya, sebagian besar mengatakan, “iya, mau”. Sebagian besar manusia ingin hidup berkecukupan. Memiliki harta berlimpah. Tak kurang suatu apapun. Itulah kekayaan.

Tidak ada yang salah dengan kekayan, karena harta, kedudukan, potensi itu semua pemberian Tuhan. Itu semua sifatnya netral. Manusialah yang memanfaatkan, mau jadi positif atau negatif. Guru bisnis saya, Pak Imam Elfahmi menyebutkan bahwa setiap muslim wajib kaya. Rasul memerintahkan kita untuk jadi pribadi yang kuat, baik fisik, harta maupun kepemimpinan. Meski demikian untuk menumbuhkan mental kaya tidaklah mudah. Banyak orang yang terlihat kaya ternyata bermental sebaliknya. Nah, berikut adalah beberapa rangkuman yang saya ambil dari berbagai seminar, artikel dan buku tentang mental kaya. Ternyata bermental kaya bukan terlihat kaya.

1- Potensi Sesuai Kapasitas Anda

Tuhan menciptakan manusia sesuai potensinya masing-masing. Bahkan Tuhan juga mengabulkan permintaan manusia sesuai prasangka hamba-Nya. Ippho Santosa mengatakan, Tuhan akan memberikan kita kemampuan sesuai potensi kita. Sesuai pikiran kita. Jika di pikiran kita hanya perut sendiri, dapur sendiri, makan sendiri, maka sampai disitulah rezeki kita. Tuhan akan menitipkan rezeki sesuai pikiran kita. Namun jika kita berpikir keluarga, keluarga besar, masyarakat hingga negara, maka Tuhan akan menitipkan potensi dan rezeki sesuai apa yang ada di benak kita. Berpikir besar, berdampak besar.

2- Belilah Kebutuhan bukan Keinginan

Saya belajar dari banyak orang. Pak Subiakto sang Pakar Branding misalnya, kemanapun beliau bepergian, beliau akan selalu mencari tempat-tempat UKM untuk sekedar nongkrong, bercengkerama, makan hingga konsultasi tentang bisnis bersama pelaku UKM. Meski beliau orang berada, namun beliau memilih untuk terus berbagi keilmuan yang beliau miliki untuk kemajuan UKM negeri ini. Satu yang saya pelajari dari beliau, belilah kebutuhan bukan keinginan. Para pengusaha UKM menjalankan usaha untuk memenuhi kebutuhan mereka. Berbeda dengan waralaba besar yang membuka cabang untuk memperbesar pundi-pundi harta. Bagi UKM para pembeli adalah kebutuhan mereka. Oleh karena itu belilah produk negeri kita.

3- Pahami Skala Prioritas Pengeluaran

Sahabat saya Mas Safir Senduk perencana keuangan selalu berpesan kepada saya untuk memahami skala prioritas pengeluaran. Keluarkan yang penting-penting saja. Keluarkan secukupnya. Jika bisa beli makan di kaki lima, dengan kualitas yang sama, itu lebih baik daripada harus membeli makanan di restoran mewah. Lebih baik harta selisihnya bisa kita simpan atau ditabung untuk investasi ke depan. Kata beliau, orang kaya bukanlah orang yang penghasilannya lebih besar, tetapi orang kaya adalah siapa yang bisa mengatur uangnya, hingga selisih pemasukan dan pengeluaran sangat positif nantinya.

4- Mental Kaya itu Berbagi bukan Bergaya

Mbak Heni Sri Sundani adalah tokoh berikut yang saya kenalkan pada Anda. Beliau adalah tokoh muda yang mengorganisir anak petani cerdas di daerah Bogor. Mantan TKI yang cumlaude ini Sudah membantu ratusan anak petani. Bukan hanya itu, beliau juga berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan, entah itu dalam pembangunan rumah mereka, sedekah bagi mereka yag sakit, hingga turun tangan langsung ke daerah bencana seperti gempa bumi di Lombok kemarin. Bagi beliau bermental kaya bukan terlihat kaya. Bermental kaya artinya berbagi manfaat, harta dan kebaikan dimanapun kita berada. Penampilan beliau biasa saja, namun kehadiran beliau memberi dampak yang luar biasa. Bagi saya, itulah mental kaya yang sesungguhnya.

5- Allah lah yang Meng-kaya-kan Kita bukan Pekerjaan

Terakhir yang perlu kita pahami bahwa bermental kaya bukan terlihat kaya adalah darimana harta tersebut kita dapatkan. Dari pekerjaan? Bukan. Karena banyak orang yang bekerja dari pagi sampai malam, penghasilannya pun pas-pasan. Dari kedudukan? Tidak juga, karena kedudukan tinggi belum tentu pengeluarannya sedikit. Bisa jadi orang yang berkedudukan tinggi terlilit hutang dan cicilan demi gaya hidup. Semua rezeki kita berasal dari-Nya. Allah Swt. Maka, alangkah baiknya jika kita mengembalikan semua pada-Nya. Sekaligus memanfaatkan rezeki sesuai perintahNya.

Nah, itulah 4 hal yang saya pelajari tentang mental kaya. Memang benar, bermental kaya bukan terlihat kaya, akan tetapi sampai sejauh mana harta yang kita miliki bermanfaat untuk sesama.

Pages: 1 2

TAGS > , , , , , , , , , , , , , , , ,

Post a comment